Sokong Pemulihan Ekonomi, Milenial Perlu Terjun ke Pertanian

Ilustrasi/Seorang petani memetik cabai.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rudi Mulya

VIVA – Pangan dan kebutuhan pokok masyarakat mau tidak mau harus dipenuhi dari sektor pertanian. Sektor pertanian juga kian bertumbuh menjadi salah satu penyokong pemulihan ekonomi nasional.

Kembangkan Produk Urea dan Amonia, Pupuk Indonesia Gandeng BUMN Brunei BFI

Petani milenial binaan Pupuk Kaltim, Iqbal Abipraya pun mengajak anak muda untuk berkontribusi di dunia pertanian. Menurutnya, bertani tidak hanya berbicara lapangan kerja, tapi juga memberi kehidupan bagi orang banyak.

"Jika ditinjau dari pengalaman, menjadi petani malah pekerjaan yang paling diidamkan pada masa tua seseorang. Jadi kenapa tidak kita mulai saja dari muda," ujarnya dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa 16 November 2021.

Kementan Gencarkan Pompanisasi dan Olah Tanah serta Percepat Tanam Padi

Sarjana Agroteknologi dari Fakultas Pertanian Universitas Jember ini menjelaskan, saat ini banyak sekali peluang di dunia pertanian yang sebenarnya bisa didapat dari generasi milenial untuk menjadi agripreneur. Profesi sebagai petani dinilai memiliki prospek cukup besar untuk tumbuh karena bergerak di industri vital sebagai penyangga utama ketahanan dan kedaulatan pangan.

Iqbal juga mengatakan, pilihan bertani merupakan caranya untuk mematahkan stigma dan anggapan kalau profesi ini paling rendah dari jenis pekerjaan lainnya. 

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi, Untungkan Petani

Kemampuan agripreneur muda saat ini akan penguasaan inovasi dan digitalisasi dinilai mampu membuat profesi petani mencapai posisi tertinggi yang ditopang dengan pengaplikasian secara optimal. Menurutnya bukan hal yang mustahil, industri pertanian yang sebelumnya mendapat stigma tradisional bisa menjadi lebih modern dan tumbuh karena generasi muda yang kian bersatu.

"Dasarnya (ilmu) kita punya, tinggal komitmen untuk menerapkan agar sektor pertanian Indonesia bisa maju. Makanya menjadi petani ini adalah suatu pengabdian, karena selain ketekunan, regenerasi juga dibutuhkan," ungkap Iqbal.

Komoditas Jagung hingga Semangka Non Biji

Semangka.

Photo :
  • U-Report

Pemuda yang berasal dari Pematang Siantar ini bercerita saat ini dirinya tengah menggarap beberapa jenis komoditas seperti jagung, ketela pohon, pepaya hingga cabai di atas lahan seadanya. Secara perlahan, upayanya memanfaatkan lahan seadanya tersebut menunjukkan hasil yang baik, hingga memotivasinya melirik potensi lain untuk dikembangkan di luar padi dan jagung yang selama ini menjadi komoditas andalan Kabupaten Jember. 

Melihat topografi lahan Desa Mayangan sangat cocok untuk ditanami hortikultura, ayah satu anak ini kemudian mulai menanam jenis semangka tanpa biji, di atas Tanah Kas Desa (TKD) yang hingga kini ditekuninya. 

"Ini sudah tahun ketiga saya bertani dan Alhamdulillah lahan garapan saat ini sudah sekitar 25 hektare, dari awal hanya 1-2 hektare," kata pria 27 tahun ini, saat panen raya semangka Program Makmur Pupuk Kaltim beberapa waktu lalu.

Dia sengaja memilih semangka karena buah tersebut tidak mengenal musim. Dalam satu tahun, dia bisa empat kali panen, dengan masa tanam selama 60 hari. Potensi ini pun dinilai menguntungkan, karena masa panen yang tidak lama dan memberikan jaminan terhadap petani penggarap secara berkelanjutan. 

"Tiap satu hektare lahan, saya mempercayakan pada 4 orang. Satu tenaga musiman ditambah 3 anggota pengelola, sehingga saat ini ada sekitar 100 petani yang tergabung," lanjut Iqbal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya