RI Banyak Impor Olahan Batu Bara September 2021, Ini Asal Negaranya

Kepala BPS Margo Yuwono
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, impor Indonesia pada September 2021 mencapai US$16,23 miliar. Turun 2,67 persen dibanding bulan lalu dan naik 40,31 persen dibanding September 2020.

5 Negara yang Pasok Senjata Terbesar ke Israel untuk Lawan Iran, AS Jadi yang Terbesar

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, total impor ini terdiri dari impor barang konsumsi senilai US$1,79 miliar. Kemudian, bahan baku atau penolong US$12,09 miliar dan barang modal US$2,35 miliar.

Jika dibandingkan secara month-to-month (mtm) impor barang konsumsi turun 5,28 persen. Lalu bahan baku atau penolong turun 2,27 persen dan barang modal turun sebesar 2,66 persen.

Di Depan Para Pengusaha Ritel, Airlangga Sebut Aturan Impor Bakal Direvisi

Sementara itu, jika dibandingkan secara year-on-year (yoy) impor barang konsumsi naik hingga 59,66 persen. Bahan baku atau penolong 45,46 persen dan barang modal 10,07 persen.

Margo menjabarkan, menurut golongan barang HS 2 digit non-migas, impor pada September 2021 terjadi lonjakan untuk komoditas bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$276,7 juta.

Profil Putri Isnari, Pedangdut yang Dilamar Anak Pengusaha dengan Uang Panai Rp2 M

"Utamanya karena peningkatan impor olahan batu bara dan kalau dilihat negara asalnya dari Australia, India dan Rusia," kata dia saat konferensi pers, Jumat, 15 Oktober 2021.

Adapun untuk golongan barang yang turun cukup pesat pada bulan itu dikatakannya berasal dari mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS85) sebesar minus US$122,8 juta.

"Penurunan terbesar pada mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya itu turun US$122,8 juta. Kalau kita lihat negaranya berasal dari Tiongkok, Finlandia dan dari Korea Selatan," papar Margo.

Baca juga: 17 Kali Beruntun, Surplus Neraca Dagang September Capai US$4,37 Miliar

Sementara itu, berdasarkan negara asalnya, peningkatan impor nonmigas pada September 2021 paling besar dari Ukraina dengan nilai mencapai US$139,9 juta.

"Kalau kita lihat penyumbang peningkatannya dari serealia, HS 10, kemudian besi dan baja, satu lagi mesin, peralatan elektrik dan bagiannya HS 85," ungkap dia.

Penurunan terbesar pada bulan itu terjadi pada impor yang berasal dari Tiongkok sebesar minus US$518,2 juta. Ini berupa mesin, peralatan elektrik dan bagiannya serta produk kimia dan buah-buahan.

Batu Bara dari site BUMI, PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur.

Photo :
  • Dok. BUMI

"Meski begitu impor kita non migas yang terbesar itu pangsanya kita impor dari Tiongkok, Jepang dan Thailand. Dengan Tiongkok kita impor US$4,44 miliar itu sharenya 30,89 persen dari total impor," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya