Laba Bersih BUMN Naik 356% Semester I-2021, Ini Pendorongnya

Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sumber :
  • vivanews/Andry Daud

VIVA – Kinerja perusahaan pelat merah pada Semester I-2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu terus membaik. Hal tersebut terlihat dari kenaikan laba bersih korporasi pelat merah yang mencapai 356 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Daftar Harga Pangan 23 April 2024: Daging Sapi hingga Telur Ayam Turun

Pada Semester I-2021 meningkat menjadi meningkat menjadi Rp26,35 triliun. Dibandingkan laba bersih Semester I-2020 yang tercatat Rp5,77 triliun.

Pengamat Ekonomi, Piter Abdullah, menilai, kinerja kinclong perusahaan BUMN saat ini didukung beberapa faktor. Antara lain perbaikan harga komoditas, penanganan pandemi yang semakin baik, juga peningkatan di sektor kesehatan, telekomunikasi, yang berujung pada kenaikan kinerja.  

Geger Seorang Remaja Alami Hal mengerikan Ini Gegara Ikut Challenge di Sosmed

Dia mencontohkan, misal BUMN sektor tambang, kinerja makin baik didorong kenaikan harga komoditas. 

"Perkiraan saya kenaikan laba BUMN lebih disumbang oleh BUMN bank pemerintah, pertamina, telkom, dan BUMN kesehatan, ujar Piter dikutip dari keterangannya, Rabu, 20 Oktober 2021.

Kode Keras Erick Thohir Perpanjang Kontrak Shin Tae-yong: Ini Kan yang Ditunggu-tunggu?

Meski demikian dia mengatakan, faktor perbaikan pengelolaan BUMN juga menjadi kunci membaiknya kinerja saat ini. Namun, Tak bisa juga dipungkiri, masih ada beberapa BUMN yang perlu diperbaiki. 

"Termasuk juga indikator-indikator penyediaan lapangan kerja, dan sumbangsih terhadap kesejahteraan masyarakat. Mungkin yang paling bisa diapresiasi walaupun labanya tidak ada adalah program BBM satu harganya Pertamina serta keberhasilan BUMN Karya membangun berbagai infrastruktur," kata Piter. 

Baca juga: Jokowi Dibisiki Pedagang: Omzet Sudah Merangkak Naik

Tantangannya menurut Piter, apakah kinerja baik ini akan terus mampu dipertahankan. Apalagi, perbaikan kinerja bukan hanya dikarenakan perbaikan pengelolaan. 

"Kenaikan itu bersifat adhoc karena kenaikan harga komoditas, karena adanya pandemi. Ketika harga komoditas turun, pandemi sudah usai, keuntungan BUMN bisa saja akan kembali turun," ucapnya. 

Dia mengatakan, manfaat BUMN bagi masyarakat bukan dari keuntungan tetapi lebih dari perbaikan pelayanan. Bahkan ketika BUMN merugi bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Contohnya program BBM satu harga. 

"Program ini program rugi bagi Pertamina, tapi sangat bermanfaat bagi masyarakat," katanya.

Menteri BUMN Erick Thohir.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, total pendapatan BUMN sebesar Rp96,5 triliun pada Semester I-2021. Pendapatan itu bersumber dari berbagai sektor, mulai energi, keuangan, pertambangan, hingga logistik.

Secara rinci lanjutnya, BUMN di sektor energi menyumbang pendapatan sebesar Rp60 triliun atau naik 13 persen pada Semester I-2021 secara tahunan (yoy). Pendapatan dari BUMN jasa keuangan sebesar Rp13,7 triliun atau naik 7 persen (yoy).

Kemudian, sektor pertambangan membukukan pendapatan sebesar Rp9,94 triliun atau meningkat 34 persen (yoy). Lalu, sektor kesehatan meraih pendapatan Rp9,48 triliun atau naik 163 persen (yoy), dan sektor manufaktur sebesar Rp7,97 triliun atau naik 55 persen (yoy).

Selanjutnya, sektor perkebunan dan kehutanan Rp6,28 triliun atau naik 37 persen (yoy). Pendapatan BUMN di sektor asuransi sebesar Rp2,84 triliun atau naik 13 persen (yoy), sektor telekomunikasi Rp2,62 triliun atau naik 4 persen (yoy).

Sedangkan, BUMN pupuk Rp1,02 triliun atau naik 2 persen (yoy). Kemudian, sektor logistik Rp643 miliar atau naik 2 persen (yoy) dan kluster pengelolaan aset atau National Management Asset Company (Namco) Rp 507 miliar atau naik 12 persen (yoy).

"BUMN akan berusaha mempertahankan kinerja positif ini sampai dengan akhir 2021," kata Erick.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya