Kampung Jokowi Jadi Pilot Project BNI demi UMKM Tembus Eskpor

Produk UMKM mitra kerja bank BNI di Solo, Jawa Tengah, yang memanfaatkan platform BNI Xpora.
Sumber :
  • VIVA/Fajar Sodiq

VIVA – PT Bank Negara Indonesia (BNI) menjadikan kota kelahiran Presiden Joko Widodo, yakni Solo, sebagai salah satu pilot project untuk membuka layanan platform BNI Xpora. Platform one stop solution hub itu mendorong agar pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Solo dan sekitarnya itu melakukan perluasan pasar ekspor.

Kirim Surat Amicus Curiae ke MK, Megawati Singgung Etika Presiden Jokowi

Pemimpin BNI (Persero) Wilayah 17 Yogyakara dan Jawa Tengah Bagian Selatan Moh Hisyam mengatakan, Solo menjadi satu dari tujuh kota di Indonesia yang dipilih untuk sebagai tempat peresmian layanan BNI Xpora di Kantor BNI Cabang Sebelas Maret Solo. Bahkan, Solo menjadi satu-satunya kota di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki layanan itu.

“Tetapi kalau kita ngomong industri yang begerak di bidang ekspor dan impor, di antara wilayah yang kita bina ini mulai dari Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan, itu memang Solo yang paling tinggi,” katanya kepada wartawan saat peresmian BNI Xpora di kantor BNI Cabang Sebelas Maret, Solo, Kamis, 21 Oktober 2021.

PDIP: Serangan Iran ke Israel Dikhawatirkan Perburuk Perekonomian Indonesia

Kemudian, dia menjelaskan daerah Solo dan sekitarnya memang menjadi sentra UMKM yang begerak dalam bidang garmen dan furnitur. Mereka menjual produk kerajinannya ke pangsa ekspor. Dengan kondisi seperti itu maka tidak heran jika berdasarkan data perdagangan ekspor, Solo lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya di wilayah kerja bank pelat merah itu.

Sedangkan berdasarkan data pelaku UMKM, ia menyebutkan, yang sudah mulai bergabung dengan program Xpora mencapai 70 orang. Jumlah itu belum termasuk debitur-debitur lama yang sudah menjalin kemitraan dengan BNI. “Memang dari 1970-an itu industri, pertama, bergerak di bidang garmen. Kedua, handycraft, bisa bahan kayu maupun rotan. Dan, yang ketiga, itu furnitur,” ujarnya.

Bantah Kunjungan Jokowi ke Sumut Cawe-cawe Pilgub, Bobby Nasution: Mau Lihat Cucu

Pasar ekspor

Menurut Hisyam, adanya platform Xpora akan membantu UMKM untuk menembus pasar ekspor. Apalagi keberadaan cabang BNI di luar negeri seperti di London, Hongkong, Seoul, Tokyo, Singapura, dan New York akan membantu untuk memasarkan produk-produk UMKM itu di luar negeri. Dengan go global seperti itu juga akan mengurangi mata rantai untuk memasarkan produk untuk ekspor.

“Tetapi yang jelas kehadiran kita itu lebih ke arah melakukan bisnis matching supaya kita terus memotong makelar-makelar sehingga mereka bisa langsung ketemu buyer di sana. Dan itu memberikan keuntungan yang lebih banyak,” katanya.

Gedung / Grha BNI 46

Photo :
  • vivanews/Andry Daud

Dia pun memberikan contoh salah satu pelaku UMKM di daerah sekitar Solo yang bergerak dalam kerajinan rotan. BNI Xpora berhasil mempertemukan pelaku UMKM itu dengan pembeli di Korea Selatan yang berminat dengan produk kerajinannya. Tak pelak pendapatan yang diperolehnya pun lebih banyak lantaran tak memakai perantara alias bertemu langsung melalui layanan platform itu.

“Aryasena itu kita temukan dalam forum ini dengan importir yang ada di Korea. Tenryata dari produk yang sama, dia bisa mendapatkan additional keuntungan karena langsung, ya. Jadi, intinya, supaya memotong distribusi yang ada,” katanya.

“Kedua, importir-importir yang ada di luar negeri sudah pakai platform; tidak pakai L/C, tapi pakai platform yang dia miliki. Kalau eksportir kita bisa masuk ke platformnya mereka itu sudah menunjukkan, pertama, kualitas ekspornya sudah bagus; kedua, jaminan terhadap payment sudah bergaransi; dan ketiga, dia bisa mengtahui kondisi barangnya sampai di mana dan laku berapa--itu selalu open. Jadi fairless itu bener-bener lebih terkontrol,” ujarnya.

Sempat tidak ada kontrak

Pemilik Aryasena Art and Furniture, Reza, mengaku sejak adanya pandemi sudah tidak bisa mengikuti lagi pameran di dalam dan luar negeri. Kini memasarkan produk kerjainannya melalui website juga sudah tidak efektif. Dengan kondisi itu menyebabkan penjualan untuk ekspror terhenti. “Selama dua tahun terakhir ini praktis tidak ada kontrak (perdagangan) dengan buyer.”

Namun setelah bergabung dengan BNI Xpora, Reza mengaku mulai mendapatkan kembali kontrak-kontrak dengan pembeli dari luar negeri. Selama bergabung dengan platform itu, ia mengaku mendapatkan berbagai pelatihan seperti membuat video produk, e-katalog hingga cara untuk menempatkan profduk-produk hasil kerajinannya di marketplace.

“Dengan cara itu ternyata mendapatkan buyer baru. Saya senang sekali bergabung dengan Xpora. Hasilnya saya dapat order baru dan kontrak baru dengan buyer. Jadi Xpora mencarikan kita buyer-buyer potensi yang tertarik dengan produk kerajinan kita,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya