Geliat Subholding Dorong Pertamina Kian Mendunia

Gedung Utama PT Pertamina
Sumber :
  • vivanews/Andry

VIVA – Pertamina kian menunjukkan performa bisnisnya di kancah global. Sejumlah anak usaha dan subholding Pertamina melebarkan sayapnya ke berbagai belahan dunia.

Pakar Sebut Fakta Mengejutkan soal BBM Pertalite

Dalam pemeringkatan Fortune Global 500 terbaru tahun 2021, Pertamina pun kini telah berada di posisi 287 mengungguli perusahaan kelas dunia terkenal lainnya seperti Repsol, Tesla, Danone dan Coca-cola. Sebuah prestasi besar, karena pada tahun lalu, Pertamina sempat keluar dari daftar 500 perusahaan di pemeringkatan tersebut.

Untuk sektor energi, perusahaan migas internasional yang masuk jajaran tertinggi Fortune Global 500 adalah BP di peringkat 18, Royal Dutch Shell posisi 19, Exxon Mobile posisi 23, Chevron posisi 75, Petronas posisi 277, Pertamina posisi 287, dan Repsol posisi 381.

Ada yang Berubah dari Pertalite di Papan Harga SPBU

Pertamina pun diyakini banyak pihak bisa terus naik peringkat. Apalagi setelah reorganisasi menjadi Holding BUMN, Pertamina semakin kuat.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Pertamina bisa lebih baik lagi untuk bersaing sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia.

Sean Gelael dan Tim WRT 31 Paling Terdepan, Raih Posisi 1 di Imola

"Saya optimis kinerja Pertamina lebih baik lagi dan frame bagi Pertamina adalah mesti bersaing dengan kompetitor di level dunia. Sebab Pertamina memiliki segala syarat, baik kualitas dan kapabilitas untuk menunjangnya sebagai salah satu perusahaan besar dunia," kata Erick belum lama ini.

Menteri BUMN Erick Thohir (Kanan), Dirut Pertamina Nicke Widyawati (Kiri).

Photo :
  • Repro video @erickthohir.

Erick berharap segala performa positif baik di sisi bisnis dan non bisnis Pertamina bisa terus ditingkatkan. Sebagai perusahaan yang berorientasi bisnis sekaligus menjalankan pelayanan kepada publik, tak boleh ada kata puas bagi Pertamina.

"Benchmark kita haruslah tinggi. Jadi tidak cukup sekadar top 500, kita bisa lebih baik lagi. Mimpi kita bahwa Pertamina bisa menjadi 50 perusahaan terbesar di dunia dan BUMN kita yang lain masuk juga ke top 500," ujarnya.

Pembentukan Subholding Pertamina kian membuktikan bahwa Pertamina semakin lincah. Pertamina diyakin masih bisa terus meningkatkan valuasinya hingga masuk ke 100 besar perusahaan terbesar di dunia. Hal itu diakui oleh Pengamat BUMN, Toto Pranoto.

"Saat ini, Pertamina memiliki sekitar 6 Subholding. Mulai dari upstream, renewable energy, gas, commercial hingga shipping. Tujuannya supaya sinergi antar sub holding terbentuk dengan optimal dan value pertamina Holding bisa meningkat," kata Toto kepada VIVA. 

Menurutnya, tugas Pertamina sebagai induk perusahaan lebih fokus pada perencanaan strategis. Mulai dari menemukan bidang bisnis baru sampai dengan mencarikan alternatif pembiayaan bagi anak perusahaan. 

"Sementara tugas subholding adalah fokus pada pengembangan bisnisnya sehingga skala perusahaan meningkat dan bisa menciptakan competitive advantage yang meningkat," katanya.

Pertamina punya berbagai lini bisnis yang sudah masuk ke kancah global. Mulai dari hulu migas, ekspor, penjualan produk hingga pengapalan.

Ilustrasi industri hulu migas RI (anjungan lepas pantai/offshore platform)

Photo :
  • Dok. Pertamina

Untuk hulu migas internasional, PT Pertamina International EP (PIEP) diketahui telah cukup lama berkiprah di kancah global. Anggota Subholding Upstream Pertamina ini diketahui bertugas mengakuisisi dan mengelola lapangan migas overseas serta mencari sumber-sumber migas di berbagai negara. Hal ini tak lain juga untuk memenuhi kebutuhan migas domestik. 

Berdasarkan data Pertamina, Lapangan migas yang dikelola Pertamina di luar negeri setidaknya tersebar di 13 negara yaitu Aljazair, Malaysia, Irak, Kanada, Prancis, Italia, Namibia, Tanzania, Gabon, Nigeria, Kolombia, Angola dan Venezuela. 

Sampai dengan tahun 2021, PIEP telah berkontribusi sebanyak 49,9 juta barel minyak atau dengan nilai berkisar US$2,8 miliar yang dikirimkan ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kilang dalam negeri. Hal ini sekaligus dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan Neraca Pembayaran Indonesia (Current Account Deficit/CAD).

“Secara total 76 persen hasil minyak dari luar negeri diupayakan dikirimkan ke kilang domestik untuk mendukung ketahanan energi nasional. Kontribusi terbesar minyak tersebut berasal dari tiga aset di Algeria, Malaysia dan Irak,” ujar Fajriyah Usman, Pjs SVP Corporate Communication and  Investor Relations Pertamina.

Sementara itu, Subholding Commercial & Trading Pertamina yakni PT Pertamina Patra Niaga juga terus gencar melakukan ekspansi penjualan produksinya di pasar internasional. Subholding Pertamina telah melayani kebutuhan avtur di 128 lokasi di dunia yang tersebar di 47 negara.

"“Kemitraan strategis yang kami jalankan adalah model Contracting Company Delivering Company atau dikenal dengan Conco Delco, di mana ini adalah skema best practice pada industri aviasi. Sejak tahun 2014, melalui skema Conco Delco kami terus meningkatkan penyaluran Avtur di luar negeri,” jelas Irto Ginting, Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga.

Di sisi pelumas, PT Pertamina Lubricant (PTPL) juga semakin menguatkan posisinya di dunia. Pelumas Pertamina telah menembus 14 negara. Tak kalah menarik dari sisi bisnis pengapalan. Lewat Pertamina International Shipping (PIS), Pertamina kian memantapkan posisinya.

Sebelas armada kapal PIS telah berlabuh dan bersandar di pelabuhan internasional. Bahkan tiga diantaranya berhasil memperoleh Certifcate of Compliance dari United States of America Coast Guard. Di tengah pandemi COVID-19, PIS juga berhasil meresmikan tanker raksasa VLCC Pertamina Pride dan Pertamina Prime serta bekerja sama dengan anak usaha Petronas group yaitu Petco Trading Labuan Company Limited (PTLCL). 

Subholding Gas Pertamina melakukan Pengapalan LNG dengan tujuan pasar internasional.

Photo :
  • Subholding Gas Pertamina

Belum lagi, Anggota Subholding Gas Pertamina, PT Perta Arun Gas (PAG) yang berhasil melakukan pengapalan (reloading) gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) dengan tujuan pasar internasional dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun secara optimal. Bahkan, KEK Arun yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh itu akan dijadikan sebagai pusat LNG Hub Asia.

Masih menurut pengamat BUMN, Toto Pranoto, Pertamina masih bisa terus meningkatkan daya saingnya dari seluruh anak usaha dan subholding. Tak hanya itu, Pertamina juga meningkatkan kinerja dengan membawa subholding atau anak usaha untuk IPO atau melantai di pasar modal.

"Langkah Pertamina (IPO) ini saya kira juga mengikuti beberapa NOC (National Oil Company) yang juga melakukan langkah serupa . Misal Petronas meng-go public-kan beberapa anak usaha seperti Petronas Chemical atau Petronas Carigali," tuturnya.

Dengan berbagai strategi tersebut, menurut Toto, nilai valuasi Grup Pertamina secara Holding akan kian besar. "Sehingga harapan menjadi perusahaan yang listed di Fortune 100 bisa terwujud," paparnya.

Hal senada diungkapkan Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi. Menurutnya, untuk portofolio investasi migas, Pertamina Go Global adalah hal yang bagus. Namun dengan catatan, investasi migas di dalam negeri jangan lantas kemudian ditinggalkan.

"Khususnya untuk menemukan minyak di cekungan yang belum dieksplorasi," ujarnya kepada VIVA.

Pertamina, diingatkannya, tetap penting untuk terus membenahi penggunaan teknologi dan kapabilitas SDM. Terutama untuk di hulu migas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya