Efektivitas Program Kartu Prakerja RI Diakui Internasional

Ilustrasi pendaftar Kartu Prakerja.
Sumber :
  • tvOne.

VIVA – Program Kartu Prakerja yang selama pandemi COVID-19 diberlakukan Pemerintah Indonesia diakui efektifitasnya oleh masyarakat internasional. Salah satunya oleh Bank Dunia sebagai program perlindungan sosial bagi masyarakat.

MK Sudah Putuskan, Dave Laksono Minta Tak Ada Lagi Tuduhan Politisasi Bansos

Sebab program perlindungan sosial yang diistilahkan 'cash plus' ini, menjangkau baik itu plus pendidikan, pelatihan, maupun kesehatan. hal tersebut sangat diperlukan negara berkembang yang terdampak pandemi COVID-19.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam beberapa kesempatan menegaskan, Program Kartu Prakerja memang didesain khusus menjadi program semi bansos. Karena, selain memberikan bantuan keuangan, program ini juga harus memiliki elemen pengembangan sumber daya manusia dan bersifat inklusif.

Dedi Mulyadi Tegaskan Prabowo-Gibran Menang Bukan karena Bansos: Semoga No Debat!

Program perlindungan sosial ‘cash plus’ juga harus dapat menjangkau sektor informal, perempuan, penyandang disabilitas, dan menggunakan fintech, pendaftaran online, serta pendaftaran jarak jauh.

Baca juga: Tak Hanya Uang Kripto, Fatwa MUI Juga Haramkan Pinjol

Bawaslu Akan Awasi Pembagian Bansos di Pilkada Serentak 2024

Managing Director of Development Policy and Partnerships Bank Dunia Mari Elka Pangestu menyampaikan, program perlindungan sosial sebaiknya juga membangun modal manusia dengan memberikan pelatihan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di masa depan. 

Mari pun menegaskan, suatu program bantuan sosial juga harus bisa beradaptasi dan lincah, termasuk terhadap wilayah-wilayah yang membutuhkan. Hal itu disampaikan dalam acara tahunan dialog Internasional Economix bertema 'A Rising Promise: Social Protection in Southeast Asia'.

Merespons hal tersebut, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari menyatakan, semua yang disampaikan oleh Mari Elka Pangestu sudah ada dalam Program Kartu Prakerja.

Mari Elka Pangestu Kunjungi Redaksi VIVAnews

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

“Bahkan, bukan lagi sebatas ide, namun sudah diimplementasikan sejak 11 April 2020 dengan jumlah peserta sampai dengan saat ini telah mencapai 11,4 juta orang," ujar Denni dikutip dari keterangannya, Jumat, 12 November 2021. 

"Program Kartu Prakerja memberi uang setelah selesainya pelatihan. Jadi Prakerja adalah conditional cash transfer di masa pandemi,” tambahnya.

Dia menjabarkan, dalam program Kartu Prakerja, pelatihan yang disediakan beragam dan dapat dipilih sendiri oleh peserta. Pelatihan-pelatihan ini disediakan oleh ratusan lembaga pelatihan yang saling bersaing. 

Pendaftaran dilakukan secara daring melalui situs prakerja.go.id dan seluruh prosesnya berlangsung ‘end-to-end’ secara digital.

Selain itu, Program Kartu Prakerja juga menjadi pionir Government to Person (G2P) Program di Indonesia yang melibatkan fintech berdampingan dengan bank. Sehingga membantu meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. 

Alhasil, sebanyak 27 persen peserta yang sebelumnya tidak memiliki rekening tabungan maupun e-wallet, kini punya rekening setelah bergabung dalam program ini, di mana 92 persen di antaranya memilih e-wallet.

Program Kartu Prakerja sudah memberikan bukti bahwa inklusi keuangan sulit jika hanya dilakukan lewat bank. Program Kartu Prakerja juga terbukti inklusif, menjangkau peserta perempuan, penyandang disabilitas, mantan/calon Pekerja Migran Indonesia, lulusan SD ke bawah, dan orang-orang dari daerah tertinggal.

Program ini juga terbukti adaptif. Ketika pandemi memukul Indonesia, besaran insentif diperbesar menjadi Rp2,4 juta untuk menyediakan bantalan sementara bagi ekonomi rumah tangga yang terpukul akibat pandemi dan pelatihan hanya dilaksanakan secara online sehingga tepat di saat mobilitas dan interaksi manusia terbatas.

Berdasarkan survei yang dilakukan Kemenko Ekonomi, insentif sangat membantu peserta untuk membeli bahan pangan. Selain itu, dari peserta yang menganggur, 28 persen di antaranya kini sudah bekerja, baik sebagai karyawan maupun wirausaha. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya