Konsumsi Energi Kembali Meningkat, ESDM Maksimalkan Potensi EBT

Ilustrasi energi terbarukan.
Sumber :
  • Inhabitat

VIVA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, adanya pandemi COVID-19 di Tanah Air ternyata turut berdampak pada lanskap energi di Indonesia.

Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan Hingga Stabilitas Geopolitik

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan, pada tahun 2020 lalu saja Indonesia telah mengalami penurunan sekitar 10 persen dari konsumsi energi dibandingkan masa sebelum pandemi COVID-19.

"Ketika ekonomi kita mengalami pemulihan, kami memperkirakan konsumsi energi akan kembali meningkat," kata Dadan dalam telekonferensi, Rabu 24 November 2021.

Sri Mulyani Bertemu Menkeu Selandia Baru, Ini yang Dibahas

Ilustrasi/Pengerjaan aliran listrik

Photo :
  • ANTARA FOTO/Maulana Surya

Dadan menambahkan, kebutuhan energi nasional 90 persennya masih berasal dari bahan bakar fosil. Produksi energi di Indonesia pun masih rendah jika dibandingkan dengan permintaan. Sehingga pemerintah masih harus melakukan impor.

Proyek Pengolahan Sampah Jadi Energi di Bekasi Terancam Gagal Karena Tata Kelola Buruk

"Oleh karena itu, kita harus meng-explore sumber-sumber energi baru dan terbarukan, dan jawabannya adalah melakukan pengembangan EBTKE untuk memenuhi permintaan yang ada," ujarnya.

Dadan memastikan, potensi EBT di Indonesia sangat besar dan masing-masing wilayah yang ada di Tanah Air memiliki sumber daya EBT yang unik di masing-masing wilayahnya.

Namun, lanjut Dadan, dia menyayangkan bahwa saat ini kontribusi sektor energi terbarukan baru mencapai sebesar 11,2 persen terhadap kebutuhan energi nasional.

"Dan baru digunakan sekitar 10,9 giga watt dari total potensi sebesar 3.900 giga watt," kata Dadan.

Dia menilai hal itu patut disayangkan, karena sebenarnya Indonesia hampir memiliki seluruh alternatif energi mulai dari solar, hydro, bio energi, angin, geothermal, dan juga laut.

Indonesia juga tercatat berada di peringkat kedua dalam hal potensi energi geothermal di dunia, dengan sumber yang membentang dari bagian barat Sumatera hingga ke Selatan Kalimantan, dan sampai ke arah timur seperti wilayah Papua.

Dia berharap, dengan banyaknya potensi pilihan sumber daya EBT yang ada di Tanah Air, seharusnya hal ini bisa menjadi motivasi untuk mengakselerasi penerapan energi terbarukan. Sebab, pembangunan di sektor EBT juga harus dilakukan, sebagai upaya untuk menurunkan emisi di sektor energi.

"Hal itu selaras dengan Paris Agreement di mana kita berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Dadan.

"Apalagi, komitmen ini juga diterjemahkan ke dalam berbagai program, seperti yang telah dinyatakan oleh Presiden Joko Widodo, untuk melakukan transformasi ke pembangunan energi berkelanjutan dan ramah lingkungan, dan juga membuat pasar karbon," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya