Sumbang Rp44,5 T ke Negara, Mentan Genjot Produksi Kakao Nasional

Petani memilah biji kakao
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Siswowidodo

VIVA – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, berkomitmen serta berupaya untuk meningkatkan produksi kakao nasional, dengan mendorong hadirnya rekomendasi dan konsepsi pemikiran tentang bagaimana langkah yang harus dilakukan ke depannya.

Iran Serang Israel, Airlangga Serukan Parpol Bersatu karena Situasi Ketidakpastian Meningkat

Dia bahkan berharap bahwa Cocoa Sustainability Partnership (CSP), sebagai sebuah forum kemitraan publik dan swasta, bisa secara aktif terlibat dalam upaya peningkatan dan pengembangan sektor kakao yang berkelanjutan di Indonesia.

Semenjak merebaknya pandemi COVID-19, Syahrul menjelaskan bahwa pemerintah tengah berfokus pada pemenuhan kebutuhan pangan untuk masyarakat. Namun di tahun mendatang, fokus tersebut akan dilebarkan pada sektor perkebunan.

Ada Korupsi Timah Ratusan Triliun, Luhut Tegaskan Hal Ini Harus Segera Dirampungkan

"Karenanya, saya menunggu CSP untuk memberikan pokok-pokok pemikiran dan gagasannya, guna membangun agenda-agenda penting yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani kakao rakyat," kata Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Selasa 21 Desember 2021.

Syahrul juga menggarisbawahi sejumlah agenda, yang harus segera dilakukan intervensi bersama oleh para stakeholder terkait lainnya. Salah satunya yakni soal bagaimana kita bisa melakukan penanaman ulang, dengan mempertimbangkan kebutuhan nasional dan ketersediaan stok bahan tanam.

Daftar Harga Pangan 4 April 2024: Cabai hingga Gula Meroket

"Harus ditentukan luasan dan di mana saja wilayah yang akan dilakukan penanaman ulang tanaman kakao. Upaya ini diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan dalam negeri," ujarnya.

Persoalan lain yang dihadapi adalah kemampuan APBN untuk tahun-tahun ini, yang hanya mampu menjangkau sekitar 5.000 hektare. Sementara kebutuhan penanaman ulang tanaman kakao secara nasional adalah minimal 250.000 hektare.

"Anggaran pemerintah banyak terserap untuk penyediaan vaksin dan pengelolaan lainnya yang berhubungan dengan penanganan COVID-19. Karenanya, upaya ini harus didukung oleh pihak-pihak industri," kata Syahrul.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, menyampaikan bagaimana pentingnya kolaborasi multipihak untuk peningkatan produktivitas kakao di sentra produksi.

Musdhalifah yang juga menjabat Ketua Dewan Penasehat CSP itu menekankan, kakao merupakan salah satu komoditas yang sangat penting untuk Indonesia, khususnya dalam aspek perekonomian nasional.

"Kakao merupakan komoditas perkebunan keempat terbesar penyumbang PDB Perkebunan, yakni sekitar 11,2 persen. Ini menunjukkan sektor hilir pengolahan kakao berperan efektif sebagai leading sector. Total nilai ekonomi yang disumbangkan oleh kakao dan cokelat terhadap perekonomian adalah sebesar Rp44,5 triliun," ujar Musdhalifah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya