5 Masalah Global Ini Akan Hantui Pemulihan Ekonomi 2022

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Sumber :
  • VIVAnews/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Bank Indonesia memetakan lima masalah global yang akan dihadapi perekonomian Indonesia pada 2022. Meskipun, pada tahun depan ekonomi dipastikan bangkit dan pulih.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, lima masalah global ini di luar risiko jangka pendek. Seperti tekanan krisis energi, tingginya inflasi di negara-negara maju serta terganggunya rantai pasok global.

Adapun masalah global yang pertama, disebutkannya, terkait dengan normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju. Ini akan berakibat pada kenaikan US Treasury 50-75 basis point.

BI Catat Uang Beredar Maret 2024 Rp 8.888 Triliun, Naik 7,2 Persen

"Dampak kenaikan Fed Fund Rate kemungkinan paling cepat akan terjadi di pertengahan tahun depan dan kemungkinan kuartal III," kata dia di acara ISEI, Jumat, 24 Desember 2021.

Masalah kedua katanya, terkait dengan dampak Pandemi COVID-19 yang menekan kinerja korporasi di negara-negara maju. Ini katanya perlu dipulihkan dengan pembukaan aktivitas kembali dan reformasi.

Suku Bunga BI Naik, Apindo Ungkap 3 Tantangan Ini Hantui Pengusaha

Ketiga, berkaitan dengan meluasnya digitalisasi di setiap sendi kehidupan masyarakat. Ini tidak terkecuali berdampak pada sistem pembayaran dan antar negara, termasuk risiko aset kripto.

Gedung Bank Indonesia.

Photo :
  • VIVA/Andry Daud

Persoalan keempat, menurutnya adalah semakin kuatnya tuntutan negara-negara maju terhadap negara berkembang untuk merealisasikan ekonomi dan keuangan hijau atau ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Termasuk struktur keuangan untuk sustainable finance. Sektor keuangan harus mempersiapkan bagaimana bisa membiayai proyek-proyek hijau," tegas Perry.

Masalah kelima, Perry mengatakan, berkaitan dengan semakin lebarnya kesenjangan antara perkembangan ekonomi atau pembangunan di negara-negara maju dengan negara-negara berkembang.

Oleh sebab itu, dia mengatakan, seluruh pemangku kepentingan harus mengantisipasi tantangan ini supaya pemulihan ekonomi pada 2022 bisa benar-benar terealisasi dan kuat.

"Kami terus optimis pertumbuhan ekonomi 4,7-5,5 persen dari tahun ini 3,2-4 persen. Sumbernya dari ekspor dengan harga komoditas dan volume yang sangat tinggi di sisi lain beberapa pemulihan di investasi," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya