Sri Mulyani Waspadai Apa yang Terjadi pada Ekonomi China saat Ini

Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • M Yudha P/VIVA.co.id

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai indeks manufaktur di China yang mulai tidak lagi ekspansi. Hal itu tergambar dari Purchasing Managers' Index (PMI) Desember 2021 yang di bawah angka 50.

Kemendesa & PDTT Apresiasi Dukungan Pertamina Percepat Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Transmigrasi

Hingga bulan tersebut tercatat bahwa PMI China menjadi yang terendah dibanding negara-negara dengan kapasitas ekonomi terbesar dunia. PMI China hanya mencapai 49,9, jauh di bawah Eropa yang mencapai 58,4 dan AS yang di atas 58,3.

"Yang perlu kita waspadai Tiongkok yang masuk di bawah 50, dia sudah tidak masuk ekspansi," kata Sri saat konferensi pers di kantornya, Senin, 3 Januari 2021.

Airlangga Sebut Ekonomi Indonesia Masih Untung Meski Masalah Geopolitik Berkecamuk

Sri mengatakan, data PMI China tersebut perlu diwaspadai karena perekonomian China merupakan kedua terbesar di dunia. Sehingga, ketika kinerja manufakturnya melambat maka akan memengaruhi ekonomi banyak negara.

"Tiongkok merupakan negara dengan size ekonomi kedua terbesar dunia. Ini akan pengaruhi global economic growth 2021," tutur Sri.

Jokowi Perintahakan Sri Mulyani Jalin Komunikasi dengan Prabowo, Untuk Apa?

Sebagai informasi, Kementerian Perindustrian telah mengonfirmasi bahwa aktivitas sektor industri manufaktur di tanah air masih cukup menggeliat hingga tutup tahun 2021, sejalan dengan meningkatnya produksi dan permintaan pasar ekspor.

Suasana pelabuhan peti kemas.

Photo :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Hal ini tercemin dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2021 sebesar 53,5 atau masih di atas level ekspansif karena di atas level 50, berdasarkan hasil survei IHS Markit.

"Mereka tetap optimistis pada tahun ini seiring dengan tekad pemerintah dalam menjalankan berbagai kebijakan strategis untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang hari ini.

Menperin menyebutkan, selama ini sektor industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada Januari-November 2021, nilai ekspor dari industri manufaktur mencapai US$160 miliar.

Nilai itu berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka ini telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang 2020 sebesar Rp131 miliar, dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor tahun 2019.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya