Ekspor Batu Bara RI Dilarang, Akankah China Krisis Listrik Lagi?

Kapal tongkang pengangkut batu bara saat melintas di Sungai Musi, Palembang
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA – Larangan ekspor batu bara RI telah dimulai sejak 1 Januari sampai 31 Januari 2022. Larangan itu untuk mengamankan pasokan listrik PLTU PLN agar tidak terjadi pemadaman kepada 10 juta pelanggan.

Mobil Listrik Toyota bZ3C dan bZ3X Resmi Meluncur, Begini Tampilannya

China adalah negara tujuan ekspor utama dan terbesar RI untuk komoditas batu bara. Berdasarkan data terakhir Kementerian ESDM, pada 2020, batu bara RI paling banyak diekspor ke China dengan total 127,7 juta ton. 

Lantas, apakah China akan kembali krisis listrik seperti beberapa waktu lalu?

Joe Biden Sahkan Undang-undang yang Membuat Tiktok Terancam Diblokir

Dilansir dari Global Times, dampak dari larangan ekspor batu bara RI satu bulan itu hanya bersifat terbatas bagi China. Menurut para ahli di sana, volume impor China kecil dibandingkan dengan produksi domestik. Kini produksi batu bara China sudah diperluas dan sekarang mencapai posisi stabil.

Direktur Pusat Penelitian Ekonomi Energi China Universitas Xiamen, Lin Boqiang mengatakan, larangan sementara ini kemungkinan akan mendorong harga batu bara dan mengirimkan gelombang kejutan melalui pasar global dalam jangka pendek. Karena negara Asia Tenggara adalah pengekspor batu bara terbesar di dunia yang digunakan untuk pembangkit listrik.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

"Dampaknya pada pasokan batu bara China, yang sangat bergantung pada produksi domestik karena impor hanya mencapai sekitar 10 persen, akan terbatas dan dapat dikendalikan," kata Lin dilansir dari Global Times, Selasa, 4 Januari 2022.

Sejak paruh kedua tahun 2021, pemerintah China telah mengambil langkah-langkah intensif untuk meningkatkan pasokan batu bara, dengan peningkatan kapasitas produksi dan persediaan secara keseluruhan menjadi cukup. 

Kini, fluktuasi impor batu bara tidak akan berdampak besar pada pasokan batu bara domestik, tambahnya.

Krisis Pasokan Batu Bara Tak Akan Terjadi karena Keputusan RI

Sumber dari China Coal Transportation and Marketing Association mengatakan kepada Global Times bahwa krisis pasokan batu bara yang muncul di China akhir tahun lalu tidak akan terjadi lagi karena keputusan Indonesia.

"Keputusan itu datang begitu tiba-tiba mereka tidak meminta pendapat sebelumnya. Ini mungkin berdampak pada provinsi pesisir China di mana persediaan relatif tidak terlalu tinggi," kata sumber tersebut.

“Setahu saya, perusahaan-perusahaan batu bara Indonesia menghubungi pemerintahnya soal larangan ekspor karena itu mempengaruhi kepentingan mereka,” katanya, seraya menambahkan bahwa asosiasi akan mengadakan konferensi video dengan perusahaan-perusahaan Indonesia untuk membahas ruang lingkup dan skala produksi.

Indonesia Pemasok Utama Impor Batu Bara China 2021

Data dari Administrasi Umum Kepabeanan China menunjukkan bahwa China mengimpor 290 juta ton batu bara dari Januari hingga November tahun lalu, dan Indonesia memasok sekitar 61 persennya.

Menurut Zhang Jinming, analis batu bara dari Guosheng Securities, kelangkaan akibat larangan ekspor Indonesia akan mengurangi pasokan batu bara China sebesar 5,3 persen.

"Mengingat batu bara Australia masih terbatas dan impor dari negara lain seperti Rusia terbatas, akan sulit bagi negara lain untuk menutupi kesenjangan dalam jangka pendek," kata Zhang.

China telah meningkatkan impor batu bara dari Rusia dalam beberapa bulan terakhir, menggantikan Australia, yang pernah menjadi sumber impor batu bara terbesar China.

Antara 2019 dan 2021, impor batu bara China dari Australia turun menjadi nol, menurut laporan yang dirilis oleh Institut Hubungan Australia-China dari Universitas Teknologi Sydney pada bulan Desember.

Pemerintah Indonesia pada hari Sabtu, 1 Januari 2021 diketahui resmi melarang ekspor batu bara dengan alasan kekhawatiran bahwa pasokan yang tidak mencukupi di pembangkit listrik domestik dapat mengakibatkan pemadaman yang meluas.

Indonesia juga memiliki kebijakan Kewajiban Pasar Domestik di mana penambang batu bara harus memasok 25 persen dari produksi tahunan mereka ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan harga maksimum $70 per ton, jauh di bawah harga pasar global saat ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya