Harga Minyak Dunia Naik, Jokowi: APBN Tahan Berapa Hari Bu Menkeu?

Presiden Jokowi.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA – Harga minyak dunia yang saat ini melonjak akan berdampak pada penerimaan sekaligus belanja pemerintah. Saat ini harga minyak mentah dunia West Texas Intermediate (WTI), yang menjadi patokan harga AS mencapai US$124,17 per barel.

Sri Mulyani: Ekonomi Global Diperkirakan Stagnan

Dengan melonjaknya harga minyak dunia tersebut, Presiden Joko Widodo menanyakan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani, seberapa lama Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN) mampu menahan beban subsidi BBM dan listrik.

“Bu Menteri saya tanya. Gimana Bu, tahannya sampai berapa hari ini?,” ujar Jokowi saat Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Sebelas Maret, Jumat 11 Maret 2022.

Senang Kendaraan Listrik Makin Menjamur, Jokowi Sebut Pabrik Baterai Beroperasi Bulan Depan

Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Jokowi mengaku, saat ini pemerintah sedang menahan terkait naiknya harga minyak mentah yang diakibatkan konflik dari Rusia-Ukraina. Bahkan, katanya, beberapa negara telah menjual minyaknya kepada masyarakat dengan harga yang tinggi.

Jokowi Singgung Peluang Besar Industri Kendaraan Listrik di Indonesia

“Tambah perang harga naik, kita tahun 2020 minyak harganya hanya kira-kira US$60 per barel, hari ini kira-kira US$115 per barel. Itupun sebelumnya seminggu yang lalu udah di angka US$130 per barel. Kita disini masih nahan-nahan,” jelasnya.

Harga Pangan di Beberapa Negara Ikut Melambung
Selain itu, Jokowi mengatakan beberapa negara juga telah mengalami kelangkaan pangan. Di mana hal itu disebabkan oleh harga pangan dunia yang ikut melambung tinggi.

“Harga pangan dunia naik semuanya, gandum naik, kita kena imbas, kedelai dunia naik, tambah perang ini gandum hampir 20 persen lebih. Itu dari Ukraina dan Rusia naik sangat drastis. Kalau di lihat angka-angka aduh,” tuturnya.

Jokowi melanjutkan, walaupun di tengah harga gandum yang ikut melambung tinggi, saat ini hal tersebut masih patut disyukuri. Dikarenakan kenaikan gandum Indonesia terbilang rendah dibandingkan lainnya.

“Rusia naik 12 persen, AS naik 6,9 persen, Turki 55 persen. Alhamdulillah kita masih di angka 3 persen. Tapi sampai kapan kita bisa menahan seperti ini,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya