Bangun Smelter Nikel, CNI Group Dapat Kucuran Pinjaman US$277,6 Juta

Ilustrasi smelter nikel.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pemerintah dan perbankan Indonesia mendukung penuh investasi pabrik pengolahan (smelter) nikel. Salah satunya yang dibangun oleh PT Ceria Nugraha Indotama Group (CNI Group). Melalui anak usahanya PT Ceria Metalindo Prima (CMP).

Menteri ESDM Sebut Subsidi BBM Berpotensi Membengkak, Ini Penyebabnya

Dukungan tersebut diwujudkan melalui pemberian fasilitas pembiayaan term loan senilai US$277,6 juta. Dana itu diperuntukkan untuk pembangunan Line I fasilitas pengolahan Bijih Nikel Laterit Rectangular Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) 1 x 72 MVA di Blok Lapao-pao, Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Pembiayaan ini dikucurkan oleh sindikasi perbankan, diantaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB), dan PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Bank Sulselbar).

Soal Kasus Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Menteri ESDM Buka Suara

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Arifin Tasrif mengatakan, sesuai dengan Undang-Undang Mineral dan Batubara (Minerba), pemerintah berkomitmen untuk mendorong dan mempercepat hilirisasi industri nikel di Indonesia agar menghasilkan nilai tambah. Salah satunya melalui pembangunan smelter.

Arifin menilai, komoditi nikel memberikan prospek besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain untuk dikonsumsi di dalam negeri, produk nikel juga sangat penting untuk industri baja. Kemudian juga, penting dalam mempercepat transisi energi, utamanya dalam mendukung industri baterai dan kendaraan listrik.

Rampung Juni 2024, Menteri ESDM: Divestasi Saham Freeport Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak

"Ini tentu menjadi nilai strategis bagi Indonesia. Karena itu saya meminta CNI Group untuk mengembangkan hilirisasi berbagai produk lain secara global," kata Arifin dalam keterangannya, Senin, 11 April 2022.

Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Photo :
  • Dok. PLN

Dia menjelaskan, dukungan pendanaan ini menjadi salah satu inisiatif Kementerian ESDM selama ini untuk membantu proyek-proyek smelter di Indonesia yang mengalami kendala. Di mana tercatat jumlah proyek yang menunjukkan kemajuan kurang menggembirakan sempat mencapai 57 proyek pada beberapa waktu lalu.

"Namun melalui inisiatif yang dilakukan Kementerian ESDM, jumlah proyek smelter yang mandek kini telah berkurang dari semula 57 smelter menjadi 12 smelter yang terdiri dari 8 smelter nikel, 3 smelter bauksit dan 1 smelter mangan," jelasnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Utama CNI Group Derian Sakmiwata menyampaikan apresiasinya atas kepercayaan ketiga bank tersebut untuk mendanai proyek smelter CMP. Dengan dukungan pendanaan itu, menjadi sejarah bagi CNI Group sebagai Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk pertama kalinya mendapat dukungan pendanaan dari perbankan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

"Ini tentu menjadi milestone bagi CNI Group. Ini pertama kali dalam pembiayaan smelter di Indonesia melalui skema transaksi Project Finance bank nasional. Ini membuktikan bahwa industri anak bangsa bisa bangkit dengan dukungan pendanaan dari BUMN dan BUMD," jelasnya.

Derian mengatakan, dari dukungan pembiayaan tersebut akan memberikan kepastian pencapaian target operasi tahap pertama smelter bijih nikel laterit Rectangular Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) CMP. Dengan kapasitas 63,000 ton feronikel dengan kandungan nikel 22 persen atau setara dengan 13,900 ton nikel per tahun dengan total nilai proyek Line I senilai US$347 juta.

Adapun CNI dalam mengembangkan smelter nikel menggunakan dua teknologi, yaitu Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), dengan kapasitas 4x72 MVA, terdiri dari 4 Iajur produksi untuk mengolah bijih nikel saprolite. Dan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih nikel limonite (bijih nikel kadar lebih rendah).

"Total nilai investasi smelter keseluruhan diperkirakan mencapai US$2,312 juta yang akan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu, 3 tahap pengembangan smelter Laterit Rectangular RKEF terdiri dari Tahap 1 (1x72 MVA) senilai US$ 347 juta, Tahap 2 (1x72MVA) senilai US$250 juta, Tahap 3 (2x72 MVA) senilai US$515 juta, dan Pembangunan Pabrik HPAL senilai US$1,200 juta," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya