KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan RI Normal saat Konflik Rusia-Ukraina

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan hasil rapat KSSK.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya/Tangkapan layar

VIVA – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia berjalan normal dan aman, meskipun tengah terjadi gejolak global akibat perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

"Stabilitas sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi normal, di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang di Ukraina," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam telekonferensi, Rabu 13 April 2022.

VIVA Militer: Kilang minyak Ukraina di Odessa meledak dihantam rudal Rusia

Photo :
  • dailymail.co.uk
Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,17 Persen

Menkeu menambahkan, perbaikan ekonomi global akan mengalami tekanan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, disertai volatilitas pasar keuangan yang meningkat.

"Seiring dengan eskalasi dari perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina," ujarnya.

Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Stagnan pada Level yang Rendah

Ekspektasi yang tadinya positif terhadap pemulihan ekonomi global, seiring dengan meredanya COVID-19, juga tertahan atau mengalami tekanan karena eskalasi dari kondisi perang yang terjadi di Ukraina sejak tanggal 24 Februari 2022.

Langkah-langkah pengenaan sanksi yang dilakukan oleh negara-negara, terutama Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara G7+ terhadap Rusia, di tengah masih terjadinya gangguan rangkaian rantai pasok, telah menekan volume perdagangan dan prospek pertumbuhan ekonomi global.

"Peperangan tersebut juga telah memicu kenaikan harga komoditas global secara sangat signifikan. Terutama komoditas energi, pangan, dan logam, dan ini berdampak pada meningkatnya inflasi global," kata Sri Mulyani.

Selain itu, Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa peperangan antara Rusia dan Ukraina juga menciptakan tantangan bagi normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju. Hingga kemudian meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global, yang dalam hal ini yakni kebijakan moneter di negara-negara maju.

Dia menilai, hal tersebut sebagai respons terhadap meningkatnya inflasi yang tinggi, namun di sisi lain dihadapkan pada potensi pelemahan ekonomi sehingga menimbulkan aliran modal pada emerging market yang tertekan.

"Dan ini sejalan dengan terjadinya realokasi aset untuk mencari tempat yang aman atau safe haven asset," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya