Indonesia Disebut Bisa Ambil Peluang di Tengah Krisis Global

Menghitung uang kertas rupiah pecahan 100 ribu (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Kenaikan berbagai harga komoditas di global saat ini, mendorong terjadinya berbagai krisis. Namun di tengah situasi itu, Indonesia disebut bisa saja mendapat untung.

Harga Emas Hari Ini 25 April 2024: Produk Antam Melorot, Global Bervariasi

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal kondisi itu tidak berpengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Malah Indonesia disebut dapat keuntungan besar dari kondisi krisis global. 

“Kita mengalami surplus (APBN) luar biasa, Maret saja mendapatkan sekitar USD 4,5 miliar. Itu tinggi sekali dibanding bulan sebelumnya. Kita dapat durian runtuh akibat kenaikan harga komoditas,” ujar dia kepada wartawan, Selasa 26 April 2022.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal Dunia

Kinerja perdagangan Indonesia, kata dia, menunjukkan performa yang impresif di tengah konflik Rusia-Ukraina. Tercatat bulan Maret 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 26,50 miliar dan nilai hal tersebut meningkat signifikan sebesar 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (yoy). 

Sementara itu, lanjutnya, disaat yang bersamaan, nilai impor Indonesia mencapai USD21,97 miliar dengan pertumbuhan sebesar 32,02 persen (mtm) atau 30,85 persen (yoy).

Ada Konflik di Timur Tengah, Bos BI Pede Ekonomi RI Tetap Kuat

Dirinya lantas menanggapi cuitan Dokter Tifauziah, yang menyebut kalau akibat kondisi krisis global, kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih parah dari tahun 1998. Menurutnya, pernyataan tersebut tak mendasar. 

“Indikator dia (Dokter Tifa) mengatakan kondisi saat ini lebih parah dari tahun ’98 itu apa? Karena kalua dilihat dari sisi ekonomi, kondisi saat ini tidak lebih parah dari ’98,” katanya.

Dia menjelaskan, krisis ekonomi perlu dilihat dari beberapa indikator, diantaranya pertumbuhan ekonomi selama tiga kuwartal berturut-turut, tingkat inflasi, juga nilai tukar mata uang. Untuk saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia dikatakan terus membaik sejak mengalami pandemi COVID-19 sejak tahun 2020. 

“Kontraksi pertumbuhan ekonomi selama tiga kuwartal berturut-turut, itu sudah terjadi pada tahun 2020, tapi 2021 sudah tidak. Dan sekarang prediksi kita tidak (terjadi krisis ekonomi). Sekarang sudah kembali ke zona pertumbuhan positif, walaupun belum menyamai tingkat pertumbuhan sebelum pandemic,” ujar dia.

Kemudian dari sisi inflasi, Indonesia dinilai masih aman. Inflasi tahun 2020 hanya 1,5-1,6 persen sedangkan tahun 98 inflasinya 78 persen, jadi jauh sekali perbedaannya. Faisal mengungkap Indonesia tetap harus menjaga tingkat inflasi agar tetap stabil. Salah satu caranya dengan tetap menambal subsidi BBM jenis Pertalite.

“Saya khawatirkan itu saja satu, dampak dari inflasi jika pemerintah tidak meredamnya dengan menambal dari sisi subsidi (Pertalite) karena itu akan mengakibatkan inflasi yang besar sekali,” katanya.

Terakhir, dari indikator nilai mata uang, untuk kondisi saat ini dia menyebut masih stabil dibandingkan tahun 1998.

“Depresiasi mata uang waktu itu dari Rp2.000 menjadi Rp16.000, pelemahannya luar biasa. Sementara sekarang mata uang kita relatif stabil di Rp14.000,” katanya lagi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya