Harga Sawit Makin Anjlok, Petani Terpaksa Jual Rugi

Petani sawit saat panen di OKU Selatan.
Sumber :
  • tvOne/Fellia Salani.

VIVA – Para pekebun sawit di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan terpaksa merugi pada musim panen sawit bulan ini. Hal ini lantaran harga jual sawit di petani pada para pengepul masih murah.

Peremajaan Sawit Jauh dari Target, Airlangga: Hanya 50 Ribu Hektare per Tahun

"Sekarang harga jual sawit di petani itu Rp1.500 per kilo. Harga ini turun dari sekitar 3 minggu lalu, yang masih dibeli pengepul Rp2.000 per kilo," ungkap Kotada salah satu pekebun sawit di Muaradua OKU Selatan, dikutip Kamis 19 Mei 2022.

Petani Sawit

Photo :
Jokowi Lihat Langsung Panen Raya di Sigi: Bagus Hasilnya Capai 6 Ton per Hektare

Harga sawit yang murah tersebut disebut para petani terimbas keputusan Presiden Jokowi larangan untuk ekspor sawit. Sejak saat itu, harga jual sawit di petani yang sempat tinggi menyentuh angka Rp5.000 per kilo, alias langsung melorot.

Sawit Tak Bisa Ditimbun karena Cepat Busuk

Bantu Redam Dampak El Nino, ASDP Tebar 1.000 Sembako Gratis di Pelabuhan Bolok Kupang

Harga itu terus turun, hingga sampai dengan saat ini yang berada di kisaran harga Rp1.500 per kilo. Jebloknya harga sawit ini juga yang cukup dikeluhkan para pekebun sawit.

"Susahnya itu, pas harga murahnya saat kita masa panen. Sawit ini, tidak bisa kita tunda kalau panen. buahnya juga tidak bisa ditimbun karena bisa busuk," ujarnya.

Kondisi ini juga yang memaksa para pekebun sekarang, terpaksa tetap ikut jual murah. Ketika masa panen tiba, buah-buah sawit ini biasanya langsung akan dipanen oleh para pengepul yang sudah biasa membeli.

"Kalau seperti kami ini kan sistemnya 50:50 dengan pengurus kebun. Belum dipotong kebutuhan pupuk, racun rumput, dan keperluan pengelolaan kebun. Estimasi kita cuma terima hasil 1/3. Hitungannya tidak balik modal dengan biaya urus selama ini," ujarnya.

Ekspor Dilarang, Harga Minyak Goreng Tetap Mahal

Murahnya harga sawit ini juga diharapkan seluruh petani bisa diatasi pemerintah. Karena jika melihat efek dari larangan ekspor pemerintah ini, hanya masih terasa berimbas pada pekebun sawit. Karena harga jual buah sawit yang rendah.

"Tetapi harga untuk minyak gorengnya sendiri, sampai dengan saat ini masih mahal. Walaupun ekspor dilarang, minyak goreng masih tidak turun masih saja di harga Rp25 rb/liter. Jadi, masyarakat tetap susah, pekebun sawit juga susah," timpal Ariansyah, salah satu pekebun sawit lainya.

Laporan: tvOne/Fellia Salani

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya