Sri Mulyani Paparkan Tiga Ancaman Krisis Dunia yang Perlu Diantisipasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, saat ini dunia tengah dihadapkan pada dinamika global yang sangat nyata. Hal ini sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang menimbulkan ketidakpastian begitu tinggi dalam dua tahun terakhir.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal Dunia

Di sisi lain, Menkeu juga menjelaskan bahwa pada saat yang sama dunia juga dihadapkan pada isu perubahan iklim, dan normalisasi kebijakan keuangan terutama di bidang moneter untuk merespons kenaikan inflasi yang begitu tinggi akibat kenaikan harga-harga komoditas global.

"Pengetatan likuiditas tentu akan menimbulkan dampak disrupsi ke seluruh dunia," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi di Rapat Paripurna DPR RI, Selasa 24 Mei 2022.

Menhub dan Menkes Ikut Pindah ke IKN Juli 2024, Basuki: Menkeu Belum 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • Anisa Aulia/VIVA.

Selain itu, Menkeu juga menjelaskan adanya disrupsi rantai pasok, yang muncul juga sebagai akibat meningkatnya ketegangan geopolitik global. "Dan itu juga harus menjadi perhatian dan harus kita waspadai," ujarnya.

Di Amerika Serikat, Sri Mulyani Bertemu CEO MCC Bahas Transportasi Publik di RI

Sri Mulyani menegaskan, konflik Rusia dan Ukraina jelas sangat memengaruhi geopolitik dunia sehingga menimbulkan ancaman krisis. Bahkan, Sekretaris Jenderal PBB telah membentuk sebuah grup untuk mengantisipasi tiga kemungkinan krisis dunia akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina tersebut.

"Yaitu krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan," kata Sri Mulyani.

Akibat dihadapkan pada ketidakpastian yang sangat tinggi dan begitu dinamis, Menkeu mengatakan bahwa Indonesia perlu untuk terus mampu merespons secara tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat aksi.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam melakukan penanganan COVID-19 dan dampaknya tersebut, menurutnya telah mampu untuk membangkitkan aktivitas perekonomian domestik

Implementasi berbagai kebijakan makro fiskal dalam APBN Indonesia yang responsif, telah mampu membuat pemerintah merespons secara fleksibel dan sinergis dalam rangka menjaga momentum pemulihan ekonomi yang tidak mudah

"Alhamdulillah ekonomi indonesia mampu tumbuh di Kisaran 5,01 persen pada kuartal I-2022, atau lebih baik dari RRT yang hanya 4,8 persen, Jerman 3,7 persen, Korea Selatan 3,1 persen, dan Singapura 3,4 persen," kata Sri Mulyani.

"Pertumbuhan yang kuat ini didukung oleh stabilisasi tingkat harga atau inflasi yang tercatat sebesar 0,95 persen month-to-month, atau 3,47 persen secara year-on-year pada April 2002. Angka inflasi Indonesia ini masih dalam rentang target 3 +/-1 persen, dan jauh di bawah inflasi di berbagai negara di dunia di mana sekarang bahkan ada negara yang mencapai double digit," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya