Marak PHK Startup di RI, Pengamat: Investor Semakin Selektif

Ilustrasi startup.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Sejumlah perusahaan rintisan atau startup mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya. Teranyar, LinkAja dan Zenius mengumumkan adanya pengurangan karyawan.

Saham Berdividen, Pilihan Terbaik untuk Investor Konservatif

Sementara itu, perusahaan e-commerce JD.ID yang juga mengumumkan akan ada pengurangan karyawan. Sebelumnya, pada Februari 2022, TaniHub juga telah melakukan penutupan 2 gudang dan PHK karyawan.

Menurut Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, PHK yang dilakukan oleh beberapa startup tersebut karena mengalami kesulitan pendanaan.

BNI Bakal Terbitkan Global Bond US$500 Juta, Jadi Incaran Investor Asing

Salah satunya terjadi setelah rencana bisnis terpengaruh oleh pandemi dan penurunan user secara signifikan.

“Sebenarnya selama pandemi ada lonjakan pelanggan internet tapi tidak semua merata dirasakan oleh startup. Faktornya, secara makro kenaikan tingkat suku bunga di berbagai negara membuat investor mencari aset yang lebih aman,” jelas Bhima saat dihubungi VIVA, Rabu 25 Mei 2022.

Otorita IKN Dukung Pengembangan Ekosistem Startup di IKN

Ilustrasi investasi.

Photo :
  • U-Report

Menurutnya, tindakan ini berimbas terhadap saham startup teknologi yang dianggap high risk atau risiko tinggi. Maka dari itu banyak yang memprediksi bahwa tahun ini adalah winter startup, atau tekanan sell off besar-besaran di industri digital.

“Apakah ini hanya temporer? yang jelas banyak startup kesulitan mendapatkan pendanaan baru dan investor makin selektif dalam memilih startup,” jelasnya.

Startup Up RI Mengulang Tech Bubble 2001

Bhima mengungkapkan, kondisi PHK ini juga mengulang tech bubble di 2001. Di mana nantinya tersisa hanya pemenang dari bisnis modelnya yang telah teruji.

“Dulu kan ada Amazon, E-bay yang lulus ujian Dotcom bubble, mungkin sekarang waktunya startup di Indonesia diuji oleh pasar,” terangnya.

Selain itu, terdapat faktor lainnya adalah peta persaingan startup winner takes all. Karena jika e-commerce terdapat tiga top pemain, maka jangan harap pemain kecil akan bersaing.

“Begitu juga terjadi di edutech, banyak yang tidak bersaing karena kurang pendanaan akhirnya tersisih dari pasar. Kemudian faktor promo dan bakar uang efektif mengurangi jumlah persaingan secara signifikan,” ujar Bhima.

Startup dengan Cash Flow Lemah Bisa Kalah 

Bhima melanjutkan, dengan startup yang cash flow tidak kuat akan kalah dan tergantikan oleh startup yang gencar melakukan promosi.

“Ada juga yang tidak mampu menempatkan diri dalam persaingan yang jenuh. E-commerce itu sudah saturated, begitu juga dengan bisnis payment atau dompet digital, edutech saya lihat sudah mulai jenuh. Beda ya dengan Agritech misalnya, di bidang peternakan muncul startup yang pendanaannya jumbo karena mereka pintar baca peluang,” ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya