Philip Kotler Ungkap Berbagai Skenario Ekonomi Dunia Setelah Pandemi

Ilustrasi ekonomi dunia
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Bapak pemasaran modern dunia Philip Kotler memprediksikan, dunia akan menghadapi beberapa skenario ekonomi ke depannya. Semua pihak dinilai harus menyoroti fenomena ini

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Hal itu dipresentasikan Philip dalam gelaran eWMS 2022 atau World Marketing Summit 2022 di Bandung, Jawa Barat, Jumat, 27 Mei 2022. Pertama menurut dia, kembali ke situasi seperti sebelum COVID-19 tapi dengan pertumbuhan ekonomi relatif rendah.

Kedua lanjut dia, situasi normal baru dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan hidup yang lebih nyaman. Ketiga pertumbuhan perlahan agar konsumen mengurangi tingkat konsumsi demi kelestarian planet. 

Asia Business Council, Menko Airlangga Yakinkan Komitmen Indonesia Mempercepat Pembangunan Ekonomi

"Keempat adalah perekonomian yang didorong mengurangi kesenjangan sosial dengan pajak tinggi ala Skandinavia," ujar Kotler dikutip dari keterangannya.

Dia juga mengutip John Maynard Keynes yang merumuskan teori dan praktik makroekonomi yang di tahun 1930 telah memprediksi bahwa di masa depan. Karena tingginya otomatisasi, akan memunculkan pekerja yang bekerja 15 jam per minggu. Tapi dunia juga akan menghadapi tantangan yang bisa mengganggu perekonomian.

Asia Business Council 2024, Menko Airlangga Kasih Bukti Ketahanan Ekonomi Indonesia

"Mulai dari pandemi, climate change, kesenjangan kekayaan, perubahan teknologi dan polarisasi masyarakat," tambahnya.

Philip Kotler

Photo :
  • Istimewa

Berbagai tantangan tersebut lanjut dia akan membuat dunia menghadapi jalan yang bercabang ke masa depan. Kotler pun mengutip pemikiran Buckminster Fuller, arsitek yang menjadi futurolog. 

Menurutnya, karena beratnya tantangan. Maka ada beberapa pilihan, bermimpi, melupakan atau mencari cara agar bisa bertahan. Perusahaan juga menghadapi sejumlah tantangan mulai dari industrialisasi, pencemaran lingkungan dan perlunya menggunakan energi terbarukan.

Untuk menghadapi tantangan tersebut lanjut dia, marketing mesti mengubah tujuan. Dari mendorong konsumsi sebanyak-banyaknya ke mengurangi konsumsi untuk kelestarian planet. Caranya? Dengan menerapkan social marketing yang telah dikenalkan Kotler 50 tahun yang
lalu.

Menurutnya, banyak yang mungkin membayangkan bahwa penerapan social marketing untuk degrowth itu susah. Tapi dia menunjukkan bagaimana negara-negara Skandinavia seperti Finlandia, Islandia, Denmark, Swedia dan Norwegia telah menerapkan degrowth secara komprehensif melalui welfare economics

"Hebatnya, banyak perusahaan kelas dunia yang lahir dari negara-negara tersebut," tegasnya.

Karena itu Kotler meyakini, kalau perusahaan tidak mengubah orientasinya, maka akan hancur. Karena itu dia mengusulkan apa yang disebut profitability with sustainability.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya