Sri Mulyani Beri Kabar Gembira pada Perekonomian Indonesia, Apa Itu?

Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mensyukuri, Indonesia saat ini semakin mampu menjaga diri dari pandemi COVID-19. Hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencatatkan surplus di kuartal I 2022.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Meskipun saat ini secara global masih terdapat beberapa negara yang tengah dan terus mencoba untuk mengendalikan COVID-19, terutama pada varian Omicron.

“Indonesia dengan kemampuan untuk menjaga dan mencegah penularan pandemi COVID-19 maka momentum kegiatan ekonomi masyarakat juga semakin menguat. Dan ini terlihat dari statistik yang dipublikasikan oleh BPS di mana pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2022 mencapai 5,01 persen,” jelas Sri Mulyani dalam Talkshow Neraca Komoditas, Senin 30 Mei 2022.

Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,17 Persen

Baca juga: Prihatin Insiden Eril, Jokowi Telepon Ridwan Kamil

Sri Mulyani melanjutkan, kondisi kesimbangan eksternal atau dari neraca pembayaran Indonesia juga mengalami perkembangan yang sangat positif. Di mana pada kinerja neraca perdagangan mencatat surplus 24 bulan berturut-turut hingga April 2022.

Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Stagnan pada Level yang Rendah

“Tentu ini merupakan salah satu hal yang akan menjaga ekonomi Indonesia, karena kinerja ekspor kita dengan adanya tren kenaikan harga maupun pemulihan ekonomi global akibat pandemi. Dan juga menggeliatnya kegiatan ekonomi di Indonesia memberikan kontribusi yang sangat positif dari neraca eksternal kita,” ujarnya.

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.

Photo :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

Adapun dengan hal positif tersebut, Sri Mulyani meminta agar tidak serta-merta dapat berpuas diri, karena meskipun ekonomi pemulihan ekonomi terus berjalan. Namun juga terdapat beberapa risiko baru yang harus terus diwaspadai.

“Muncul risiko baru yang harus kita waspadai terutama dalam bentuk kenaikan harga-harga komoditas yang meningkat sangat cepat dan ekstrim. Kenaikan harga yang sangat ekstrem mendorong inflasi di level global terutama negara-negara maju,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya