Garuda Indonesia Ajukan Proposal Damai ke Debitur, Begini Tawarannya

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra.
Sumber :
  • Dok. Garuda Indonesia

VIVA – Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk berkomitmen mengakselerasi penanganan permasalahan keuangan yang dihadapinya saat ini. Salah satunya dengan mengoptimalkan diskusi konstruktif dengan para kreditur.

Utang Luar Negeri RI Februari 2024 Naik Jadi US$407,3 MIliar, Ini Penyebabnya

Hal itu yang mendasari Garuda menyampaikan proposal perdamaian kepada debitur sebagai bagian dari tahapan proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Proposal perdamaian itu diajukan kemarin, berisi sejumlah usulan penyelesaian kewajiban usaha yang saat ini terus dikomunikasikan dengan kreditur untuk pendalaman lebih lanjut.
 
"Proposal Perdamaian ini kami susun untuk menghasilkan solusi terbaik dan optimal dalam penyelesaian kewajiban usaha dengan mempertimbangkan rencana bisnis, kondisi pasar, dan berbagai masukan dari kreditur yang terus Garuda terima hingga hari ini," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Jumat, 10 Juni 2022
 
Irfan menjabarkan, sejumlah usulan penyelesaian kewajiban usaha yang tertuang dalam kerangka rencana perdamaian tersebut. Khususnya terkait penyelesaian kewajiban usaha melalui arus kas operasional, dan konversi nilai utang menjadi ekuitas.

Kemudian, modifikasi ketentuan pembayaran baru jangka panjang dengan periode tenor tertentu. Hingga penawaran instrumen restrukturisasi baik dalam bentuk surat utang baru dan ekuitas.

5 Negara yang Paling Jarang Utang di Dunia, Nomor 1 Tetangga Indonesia

Adapun skema restrukturisasi yang ditawarkan lanjut Irfan akan menyesuaikan dengan kelompok kreditur yang telah diklasifikasikan berdasarkan nilai kewajiban usaha maupun jenis entitas bisnis masing-masing kreditur.

Selanjutnya, terkait dengan instrumen restrukturisasi baik dalam bentuk surat utang baru maupun ekuitas, Garuda nantinya juga akan menawarkan penyelesaian kewajiban usaha khususnya kepada lessor. Lalu, finance lessor, vendor maintenance, Repair dan Overhaul (MRO), produsen pesawat hingga kreditur lainnya dengan nilai tagihan di atas Rp255 juta. 

BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan: Benar, Kami Belum Memiliki Kecukupan Dana

Penyelesaian itu dilakukan melalui penerbitan surat utang baru dengan nilai total US$800 juta, serta ekuitas dengan nilai total US$330 juta.

Pesawat Garuda Indonesia di Bengkel GMF AeroAsia.

Photo :
  • VIVA/Dusep Malik

Penawaran surat utang dan ekuitas dengan nilai tersebut, kata dia, tentunya akan terus diselaraskan dengan perkembangan negosiasi dan komunikasi bersama kreditur yang masuk dalam kriteria penerima surat utang maupun ekuitas tersebut.

Irfan mengungkapkan proposal perdamaian merupakan skema restrukturisasi yang masih akan terus dibahas dan dimatangkan bersama seluruh kreditur. Garuda akan terus menjalin komunikasi konstruktif untuk mencapai kesepakatan terbaik bersama seluruh pemangku kepentingan. 

Dengan, senantiasa memperhatikan aspek kepatuhan terhadap prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Serta secara berkesinambungan terus didiskusikan bersama regulator, di antaranya BPKP dan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun).

"Besar harapan kami para kreditur dapat memberikan dukungannya kepada kami pada pemungutan suara mendatang," kata Irfan.

Tim Pengurus telah menerbitkan Daftar Piutang Tetap (DPT) yang dapat ditinjau oleh para kreditur. Garuda mengimbau para kreditur untuk segera meninjau dan jika perlu memberikan masukan ke Tim Pengurus atas nilai yang tercantum pada DPT sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

"Kami meyakini keseluruhan proses PKPU yang terus kami optimalkan secara seksama serta dengan senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian, dapat menghasilkan kesepakatan yang terbaik antara Garuda dan seluruh mitra usahanya," kata Irfan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya