Stok Sapi Kurban Terbatas Akibat Wabah PMK, Harga Naik Signifikan?

Isu penyakit mulut dan kuku (PMK) bikin harga sapi naik.
Sumber :
  • tvOne/Eddy Suryana.

VIVA – Situasi penyebaran wabah penyakit kuku dan mulut (PMK) yang menyerang hewan-hewan ternak, semakin menjadi perhatian sejumlah pihak. Kabarnya sudah sekitar 18 provinsi yang terjangkit wabah PMK tersebut, sementara Hari Raya Idul Adha akan berlangsung kurang dari sebulan atau pada awal Juli 2022 mendatang.

2.000 Hewan Ternak Dilakukan Vaksinasi Antisipasi Wabah PMK Secara Gratis

Saat VIVA berbincang dengan salah pemilik Peternakan Sapi Gumilang Farm, Sumardi, dia pun mengakui adanya kekhawatiran mengenai hal tersebut. 
Karenanya, dia pun memastikan bahwa kelompok peternakannya juga sudah melakukan lockdown guna melindungi sapi-sapi ternakannya dari penularan wabah PMK tersebut.

"Tempat kami sudah lockdown sejak isu wabah PMK itu merebak, yakni sekitar 10 hari setelah Idul Fitri kemarin. Jadi alhamdulillah sampai saat ini kondisi peternakan kami baik-baik saja," kata Sumardi saat dihubungi VIVA, Selasa 14 Juni 2022.

DJP Sebut 91,7 Persen NIK Sudah Dipadankan Jadi NPWP 

Baca juga: Tidak Ada Penghapusan Kelas, BPJS Uji Coba Penerapan Ini

Dalam melaksanakan skema lockdown di peternakannya itu, Sumardi mengaku telah memasang peringatan di gerbang masuk peternakan. Isinya yakni pelarangan membawa masuk hewan-hewan ternak dari daerah manapun ke dalam peternakan.

Tingkatkan Kualitas SDM Tenaga Kerja Indonesia, Kemnaker Gelar Business Meeting Sektor Pariwisata

"Jadi di pintu gerbang masuk peternakan-peternakan kami di pasang plang yang tertulis 'Sapi/Kambing/Domba dari daerah manapun tidak boleh masuk'. Jadi tidak ada yang belanja sapi lagi setelah lockdown itu, karena disinyalir bisa menjadi carrier untuk virus PMK tersebut," ujarnya.

Dengan cara tersebut, sampai saat ini Sumardi bersyukur bisa tetap menjaga kesehatan sapi-sapi peliharaannya dari wabah PMK. Apalagi, stok sapi yang terakhir dibelanjakannya itu sudah lebih dari 8-10 bulan yang lalu, sehingga tidak ada sapi baru lagi yang masuk ke peternakannya.

"Dan kami berada di komplek peternakan sapi perah, yang peternakannya itu secara berkelompok. Jadi kebijakannya diambil secara berkelompok, dan di bawah naungan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Provinsi DKI Jakarta," kata Sumardi.

Petugas memeriksa sapi warga di Boyolali yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku

Photo :
  • tvOne/Agus Boyolali

Setelah memutuskan untuk me-lockdown peternakannya, Sumardi mengaku bahwa secara otomatis stok sapi ternakannya menjadi terbatas. Ketika ditanya apakah kondisi tersebut berpengaruh terhadap harga sapi jualannya menjelang Hari Raya Idul Adha, dia menjelaskan bahwa perubahannya pun tidak signifikan.

"Menjelang Idul Adha, harga memang naik, tapi tidak signifikan. Itu kan kembali ke daya beli masyarakat juga. Karena kalau pun harga kita naikkan, daya beli masyarakat kan tetap segitu segitu juga," kata Sumardi.

"Jadi harga sapi di saya yang paling rendah itu mulai Rp23,5 juta sampai yang paling mahal di atas Rp100 juta. Untuk harga, saya rasakan tidak terlalu berpengaruh signifikan, naiknya wajar saja jelang Idul Adha. Cuma memang stoknya terbatas," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya