Waspadai Dampak Inflasi, Gubernur BI: Bakal Lampaui Batas Atas Target
- VIVA/Anisa Aulia
VIVA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, pihaknya terus mewaspadai tekanan inflasi ke depan. Hal itu dilakukan karena saat ini dunia sedang menghadapi ketidakpastian, khususnya pada perekonomian.
Perry mengatakan, untuk inflasi domestik saat ini tengah meningkat karena tingginya tekanan dari sisi penawaran. Di mana itu seiring dengan kenaikan harga pada komoditas global, utamanya energi dan pangan yang mengalami lonjakan harga.
“Bank Indonesia terus mewaspadai tekanan inflasi ke depan dan dampaknya kepada ekspektasi inflasi. Serta menempuh kebijakan-kebijakan untuk mengendalikan inflasi,” ujar Perry dalam telekonferensi, Kamis 23 Juni 2022.
Perry menerangkan, pada Mei 2022 tercatat pada indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,40 persen secara month to month (mom) atau 3,55 persen year on year (yoy). Itu lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya, yang sebesar 3,47 persen yoy.
“Inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,58 persen yoy di tengah meningkatnya permintaan domestik dan konsistensi kebijakan BI dalam menjaga ekspektasi inflasi. Sementara itu inflasi kelompok volatile food terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca,” jelasnya.
Selain itu, inflasi pada kelompok administered prices atau harga yang atur pemerintah juga masih tercatat tinggi. Dalam hal ini dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara dan energi.
“Ke depan tekanan inflasi IHK diperkirakan akan meningkat didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan global. Inflasi IHK 2022 diperkirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan kembali ke dalam sasaran 3±1 persen pada 2023,” ungkapnya.
Perry melanjutkan, BI juga melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah melalui tim pengendalian inflasi pusat dan daerah. Hal itu dilakukan untuk memperkuat kerja sama dalam mengatasi inflasi.