BI Ungkap Akan Naikkan Suku Bunga Acuan Jika Hal Ini Terjadi

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia/tangkapan layar.

VIVA – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkap kemungkinan pihak bank sentral menaikkan suku bunga acuan. Kebijakan itu akan dilakukan jika terus terdapat kenaikan inflasi inti. Di mana, saat ini masih di angka 3,6 persen.

Rupiah Amblas ke Rp 16.200 per dolar AS, Gubernur BI Lakukan Intervensi

Destry mengatakan, di tengah ketidakpastian global, stagflasi masih akan terus membayangi perekonomian Indonesia ke depan. Stagflasi adalah menurunnya kondisi ekonomi dan naiknya harga-harga barang secara umum secara terus menerus. Saat ini, BI tengah fokus dalam menghadapi tekanan inflasi.

“Kami memang sangat concern terhadap inflasi, walaupun di tahun 2022 ini memang inflasi kita perkirakan akan ada melewati batas atas kami di 4 persen. Namun, di 2023 kami perkirakan inflasi kita akan kembali di range 3±1 persen,” ujar Destry dalam Rapat Kerja dengan Banggar DPR RI, Senin 27 Juni 2022.

Utang Luar Negeri RI Februari 2024 Naik Jadi US$407,3 MIliar, Ini Penyebabnya

Logo Bank Indonesia.

Photo :
  • VivaNews/ Nur Farida

Destry menjelaskan, fokus utama BI dalam mengawasi tekanan inflasi kedepan adalah untuk volatile food yang akan terdampak pada ekspektasi inflasi.

Harga Pangan Naik Gegara Perang Israel Vs Iran?

“Di mana dalam hal ini tentunya kami akan menggunakan all out kebijakan yang kami miliki termasuk juga penyesuaian suku bunga apabila terdapat tanda-tanda kenaikan inflasi inti. Pada saat ini inflasi inti masih di sekitar 3,6 persen,” tegasnya

Untuk itu, Destry melanjutkan, BI akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Itu dilakukan melalui tim pengendalian inflasi pusat dan pengendalian inflasi daerah.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 3,5 persen. Pada rapat itu juga, suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility 4,25 persen juga tetap dipertahankan.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan rapat ini sejalan dengan pengendalian inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kebijakan ini juga dilakukan merespons naiknya tekanan eksternal dan kondisi ekonomi global.

"Ke depan, ketidakpastian ekonomi masih akan tinggi seiring dengan semakin mengemukanya risiko perlambatan ekonomi dan peningkatan inflasi global," kata Perry, Kamis 23 Juni 2022.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya