- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan indikator stabilitas nilai tukar rupiah secara periodik. Indikator yang dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi.
Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono menyampaikan, pada Kamis 21 Juli rupiah ditutup di level (bid) Rp15.030 per dolar AS. Dengan yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun naik di 7,47 persen, dan DXY atau indeks dolar melemah ke level 106,91.
"Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 2,875 persen. Pada pagi hari Jumat, 22 Juli 2022 rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.020 per dolar AS, yield SBN 10 tahun turun di level 7,4," kata Erwin dalam keterangan, Jumat 22 Juli 2022.
Baca juga: Jokowi Minta Kasus Brigadir J Jangan Ditutupi, Ini Jawaban Polri
Sedangkan untuk modal asing di minggu ketiga Juli 2022 Erwin mengungkapkan, pada premi CDS Indonesia lima tahun turun ke 138,38 basis poin per 21 Juli 2022. Dibandingkan 15 Juli 2022 sebesar 158,72.
"Berdasarkan data transaksi 18-21 Juli 2022, non residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp4,21 triliun terdiri dari jual neto Rp4,63 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp0,42 triliun di pasar saham," jelasnya.
Kemudian berdasarkan data setelmen sampai dengan 21 Juli 2022, non residen jual neto Rp138,60 triliun di pasar SBN. Dan beli neto Rp56,01 triliun di pasar saham.
Lebih lanjut Erwin menjelaskan, untuk inflasi saat ini masih berada di level yang rendah dan terkendali. Karena berdasarkan survei pemantauan harga minggu ketiga Juli, perkembangan inflasi diperkirakan sebesar 0,55 persen month to month (mtm).
Komoditas utama penyumbang inflasi Juli 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu cabai merah sebesar 0,19 persen (mtm), bawang merah sebesar 0,12 persen (mtm), angkutan udara sebesar 0,07 persen(mtm).
Selanjutnya, bahan bakar rumah tangga sebesar 0,06 persen (mtm), cabai rawit sebesar 0,05 persen (mtm), tomat dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), daging ayam ras, mie kering, nasi dengan lauk, air kemasan, dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu minyak goreng sebesar 0,05 persen (mtm), jeruk dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), telur ayam ras, kangkung, bayam, sawi hijau, dan bawang putih masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).