- VivaNews/ Nur Farida
VIVA Bisnis – Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI), Wira Kusuma mengatakan, saat ini pihaknya tengah mewaspadai inflasi, yang sampai Juni 2022 telah mencapai 4,53 persen secara year-on-year (yoy).
"Tapi kita lihat sumber inflasinya itu sebagian besar disebabkan oleh 'imported inflation', dengan harga komoditas global yang meningkat," kata Wira dalam telekonferensi, Senin 25 Juli 2022.
"Sementara kita lihat komponen-komponen inflasi yang lain, seperti inflasi inti, itu masih dalam sasarannya," ujarnya.
Baca juga: Kemenkeu Beri Sinyal Akan Hapus Subsidi BBM dan Listrik
Selain itu, Wira mengakui bahwa BI juga melihat exchange rate pass through (ERPT) yang meningkat, dan menambah tekanan pada inflasi akibat nilai tukar yang semakin terdepresiasi.
Exchange rate pass through (ERPT) itu sendiri merupakan proses di mana derajat perubahan dari nilai tukar nominal (depresiasi nilai tukar), mempengaruhi harga domestik sepanjang rantai distribusi.
"Hal-hal inilah yang perlu menjadi pertimbangan kita, bagaimana kita melihat perkembangan dan meresponsnya," kata Wira.
Dia menjelaskan, BI memprediksi bahwa perekonomian dunia akan turun dari 6,1 persen pada 2021, menjadi 2,9 persen pada 2022. Hal itu menurut Wira seiring dengan meningkatnya inflasi global, yang terjadi baik di negara-negara advance economy maupun di negara-negara emerging market.
"Karenanya perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut. Komponen-komponen PDB seperti konsumsi rumah tangga, sudah mulai meningkat mencapai 4,34 persen di kuartal I-2022, setelah sebelumnya hanya 3,55 persen di kuartal IV-2021 lalu," ujarnya.