- istimewa
VIVA Bisnis – Pemerintah menaikkan asumsi inflasi Indonesia di 2022 pada kisaran 3,5 persen-4,5 persen. Di mana sebelumnya diperkirakan hanya 2 persen hingga 4 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, asumsi itu dinaikkan Pemerintah karena kenaikan harga komoditas di pasar global terutama harga energi dan pangan.
"Terkait laporan pelaksanaan APBN semester satu laju inflasi 2022 diperkirakan 3,5 persen-4,5 persen. Ini memang lebih tinggi dari proyeksi awal APBN 2022, ini tentu sangat terkait kenaikan harga komoditas di pasar global," ujar Febrio dalam APBN KITA periode Juni dikutip, Jumat, 29 Juli 2022.
Febrio mengatakan, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terus mewaspadai dan memantau tekanan pada harga komoditas global saat ini. Sekaligus memastikan agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dapat berperan sebagai shock absorber atau peredam dari gejolak yang tengah terjadi.
"Kita menjaga daya beli masyarakat dan memastikan momentum pemulihan ekonomi terus terjaga. Menjaga daya beli masyarakat akan tercermin di angka inflasi yang terjaga dibandingkan banyak negara," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kenaikan harga komoditas energi dan pangan telah mendorong kenaikan inflasi di berbagai negara. Utamanya inflasi terjadi di negara maju.
"Negara-negara maju yang memang mereka tidak mengatur harga energi maupun harga pangan, sehingga shock yang terjadi di dalam energi dan pangan langsung di pass through ke dalam perekonomiannya. Dan itu terefleksikan dengan kenaikan inflasi di negara-negara seperti AS, Eropa dan Inggris," jelasnya.
Sri Mulyani menjelaskan, untuk Inggris saat ini inflasi belum turun dan ada di posisi 9,4 persen. AS inflasi yang sebelumnya di 8,4 persen saat ini melonjak di 9,1 persen.
"Eropa pun juga sama sekarang inflasinya memuncak di 8,6. Ini adalah negara-negara Eropa yang biasanya inflasinya itu 0 persen atau mendekati 0. Sehingga kenaikan sampai delapan kali lipat merupakan suatu shock di dalam perekonomian mereka," terangnya.