Bos BI Sebut 'ABG' Perlu Sinergi Jaga Harga Pangan, Ini Maksudnya

Gubernur BI Perry Warjiyo.
Sumber :
  • Tangkapan layar.

VIVA Bisnis – Gubernur Bank Indonesia (BI) yang juga Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Perry Warjiyo menegaskan, sejumlah negara telah mengalami resesi dan perlambatan ekonomi dengan inflasi yang tinggi. Hal ini di tengah kondisi dunia yang sedang menghadapi risiko stagflasi hari ini, .

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Kondisi itu ditambah dengan kondisi pasar keuangan yang betul-betul sedang bergejolak. Semuanya terjadi di saat arus digitalisasi dan tuntutan implementasi 'green economy' marak dilakukan, oleh sejumlah negara-negara maju.

"Lalu bagaimana ISEI bisa menggagas dan memperkuat sinergi antara pihak-pihak ABG, yakni pihak Akademisi, Bisnis, dan Government, baik di pusat maupun di daerah," kata Perry dalam telekonferensi, Rabu 24 Agustus 2022.

Daftar Harga Pangan 25 April 2024: Bawang Merah hingga Daging Sapi Naik

Dampak Global yang Perlu Diatasi Bersama

Pedagang telur di Cirebon.

Photo :
  • tvOne.
BI Catat Uang Beredar Maret 2024 Rp 8.888 Triliun, Naik 7,2 Persen

Karenanya, Perry menekankan bahwa ketiga pihak tersebut benar-benar harus memperkuat sinergi. Hal itu guna membantu masyarakat dalam mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok, yang juga ikut melonjak akibat berbagai dinamika global.

"Mari kita bantu rakyat, bantu pemerintah pusat, pemerintah daerah, soal bagaimana mengendalikan harga-harga. Karena ini adalah betul-betul dampak global yang harus kita atasi bersama," ujarnya.

Perry mengibaratkan bahwa kondisi ini merupakan situasi perang secara global, dengan musuh berupa harga energi dan pangan global yang terus meninggi serta mata rantai distribusi yang mandek. Dimana, hal-hal tersebut juga merupakan dampak dari adanya sejumlah ketegangan geopolitik dunia, yang terjadi baik antara Rusia-Ukraina maupun China-Taiwan.

"Maka kita harus fokus menjaga stabilitas harga-harga kebutuhan pokok ini, karena sangat berkaitan langsung dengan rakyat sehingga membutuhkan perhatian kita bersama," kata Perry.

Apalagi, lanjut Perry, pada tahun 2024 mendatang Indonesia akan menghadapi tahun pemilu. Karenanya, masalah energi dan pangan ini harus benar-benar diatasi, supaya tidak menjadi isu panas di tahun politik tersebut.

"Jangan sampai masalah perut dan masalah stabilitas ini sampai berinteraksi dengan urusan politik," ujar Perry.

Beberapa langkah yang bisa diambil dari sinergi ABG tersebut, adalah memastikan kecukupan pasokan pangan secara nasional. Sebab, meskipun produksi beras secara nasional surplus, namun kondisi surplus dan defisit itu nyatanya terjadi di dua wilayah yang berbeda. Karenanya, Perry menegaskan bahwa sinergi antarpemda itu merupakan salah satu kunci utama.

"Struktur pasar hanya bisa diatasi dengan kerja sama antardaerah. Operasi pasar bisa dilakukan, meskipun itu langkah jangka pendek. Kemudian ada gerakan 'urban farming' yang juga harus kita gerakkan, di mana misalnya kita bisa menanam cabai di polybag hanya dalam waktu tiga bulan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya