Kemenkeu: APBN Agustus Surplus 8 Bulan Beruntun Rp 107 Triliun

Gedung Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Sumber :
  • vivanews/Andry Daud

VIVA Bisnis – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022 masih surplus sebesar Rp 107,4 triliun atau setara 0,58 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan capaian tersebut, APBN tercatat surplus delapan kali berturut-turut.

BUMI Resources Cetak Laba Bersih US$117,4 Juta di Tahun 2023

"Overall balance (per Agustus 2022) juga surplus Rp 107,4 triliun, atau dalam hal ini 0,58 persen dari PDB kita," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September 2022, Senin 26 September 2022.

Baca juga: Terus Bertambah, 24 Orang dari Tim Narasi Diretas Hacker

Lippo Karawaci Cetak Pendapatan Rp 17 Triliun di 2023, Kantongi Laba Bersih Rp 50 Miliar

Adapun hingga akhir Agustus 2022, pendapatan negara mencapai Rp 1.764,4 triliun atau tumbuh 49,8 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Tingginya angka pendapatan negara tersebut  ditopang oleh Pajak Penghasilan (PPh) non migas Rp 661,5 triliun dan PPN & PPnBM Rp 441,6 triliun.

Kemudian kepabeanan dan cukai mencapai Rp 206,2 triliun, dalam hal ini ditopang oleh bea keluar yang sebesar Rp 34,6 triliun dan cukai Rp 134,65 triliun. Serta untuk Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tembus di angka Rp 386 triliun.

Laba PT SMI Turun Jadi Rp 2,08 Triliun di 2023, Ini Penyebabnya

Sedangkan belanja negara hingga Agustus mencapai Rp 1.657 triliun atau naik 6,2 persen (yoy). Realisasi belanja negara meliputi belanja Kementerian Lembaga (K/L) sebesar Rp 575,8 triliun serta non K/L sebesar Rp 602,3 triliun.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani di APBN Kita.

Photo :
  • istimewa

Untuk Transfer ke daerah terealisasi sebesar Rp 478,9 triliun. Kemudian untuk sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) per Agustus 2022 mencapai Rp 394,2 triliun.

"Dengan surplus ini, dan issuance utang yang jauh lebih rendah, defisit yang lebih rendah, menjadikan strategi APBN kita sangat sesuai dengan tantangan saat ini yang berasal dari cost of fund yang tinggi, guncangan di sektor keuangan, maupun tren kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya