Ancaman Resesi 2023, Sri Mulyani: RI Punya Momentum Pemulihan Kuat

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, Indonesia memiliki momentum pemulihan ekonomi yang kuat di tengah potensi krisis keuangan dan ancaman resesi di 2023. Sri mengatakan, ketegangan geopolitik di Ukraina di tengah pemulihan ekonomi akibat hantaman pandemi COVID-19 telah menciptakan hambatan serius bagi pemulihan ekonomi global.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

"Konsekuensi dari situasi ini adalah krisis energi, krisis pangan dan juga tekanan inflasi yang diikuti oleh tingkat suku bunga yang tinggi. Yang juga mengancam dan berpotensi menciptakan krisis keuangan," ujarnya dalam telekonferensi, Rabu 28 September 2022.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Positif

Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,17 Persen

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Namun, terlepas dari hal itu, jelasnya, Indonesia memiliki momentum pemulihan yang kuat di tahun 2022. Sebab pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan angka yang positif.

Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Stagnan pada Level yang Rendah

"Indonesia sebenarnya memiliki momentum pemulihan yang sangat kuat saat ini. Pada semester I tahun ini, pertumbuhan ekonomi kita mencapai 5,2 persen dari PDB, di mana inflasi masih berlanjut pada tingkat yang terkendali, 4,69 persen per Agustus 2022," jelasnya,

Sri Mulyani menjelaskan, RI kembali ke tingkat PDB sebelum pandemi yang ada di angka Rp 15.833 triliun.

"Untuk kembali ke tingkat PDB sebelum pandemi, posisi kita saat ini adalah 7,1 persen lebih tinggi, artinya pemulihan ekonomi sudah tercapai," ujarnya.

Resesi 2023 Dipicu Inflasi

Petugas SPBU mengganti papan Harga BBM.

Photo :
  • VIVA/Foe Peace Simbolon

Sebelumnya Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dunia akan memasuki jurang resesi di tahun 2023 karena tingginya angka inflasi. Di mana itu telah memicu bank sentral negara maju menaikkan suku bunga acuannya.

Sri Mulyani menjelaskan, kenaikan suku bunga diantaranya dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang sudah menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin selama tiga kali berturut-turut. Kemudian suku bunga acuan Inggris sebesar 2,25 persen atau naik 200 basis poin.

"Kalau bank sentral di seluruh dunia meningkatkan suku bunga cukup ekstrem dan bersama-sama, dunia mengalami resesi di 2023. Kenaikan suku bunga bank sentral di negara maju cukup cepat dan ekstrem dan memukul pertumbuhan negara-negara tersebut," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya