Resesi Ekonomi Menghantui, Begini Cara Agar Investasi Tetap Cuan

https://susu-gedi.blogspot.com/2021/02/5-jenis-investasi-2021-modal-kecil.html
Sumber :
  • U-Report

VIVA Bisnis – Pemerintah mengingatkan, resesi ekonomi global kemungkinan akan terjadi dan semakin parah pada 2023. Fenomena ini merupakan tantangan baru setelah melandainya krisis karena hantaman pandemi COVID-19. 

Saham Bumi Resources Meroket Usai Umumkan Rencana Kuasi Reorganisasi, Ini Penjelasan Manajemen

Deputy Director Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan bahwa tantangan ekonomi sudah mulai terasa dari beberapa bulan sebelumnya pada tahun ini. Terutama dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan perubahan nilai tukar rupiah. 

“Kalau nilai tukar sudah melemah, artinya ada problem dalam optimisme. Namun, harapan untuk mencapai pertumbuhan di akhir tahun 5 persen masih ada. Artinya kemungkinan akan tumbuh 5 persen,” ujarnya dalam serial diskusi bulanan literasi investasi dan perencanaan keuangan, serta pasar modal di Indonesia, Doku Talk, dikutip Selasa, 4 Oktober 2022.

Elon Musk Batalkan Kunjungan ke India, Ini Alasannya

Namun dia menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini masih dalam batas wajar. Apabila dibandingkan dengan pelemahan nilai tukar mata uang di berbagai negara lainnya. 

“Tidak ada yang bisa menghindari dampak dari kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang agresif, ya respon di Indonesia terutama menaikkan suku bunga acuan, terus juga menjaga agar tidak kehabisan energi (BBM),” katanya.

Ekspansi Bisnis, Bos MD Pictures Jual Saham FILM Raup Rp 1,25 Triliun

Pertumbuhan ekonomi global

Photo :

Sementara itu, berdasarkan analisisnya ekonomi dalam negeri merujuk pada economy outlook 2023 di Indonesia hanya terjadi perlambatan. RI diproyeksi tidak sampai kepada resesi ekonomi. 

Implikasinya tentu permintaan komoditas menurun, dan harganya juga akan menurun, dampaknya ke penerimaan negara yang mengalami penurunan. Pemerintah harus menjaga dan mencari support untuk harga komoditas yang mungkin tidak setinggi saat ini di tahun depan. 

"Ini yang harus dipikirkan oleh pemerintah untuk menjaga APBN dalam pertumbuhan ekonomi,” ujarnya. 

Indonesia tegas eko menjadi salah satu negara yang akan kuat menahan gejolak ekonomi yang akan terjadi di masa depan. Negara-negara lain mungkin mengalami resesi, namun di Indonesia, hal itu tidak akan sampai terjadi karena adanya daya tahan dan penopang ekonomi dari berbagai aspek yang sudah dan akan dilakukan. 

“Dugaan saya tidak akan sampai terjadi resesi di tahun depan, tapi memang ada penurunan ekonomi. Ekonomi masih bergerak, tapi tidak seperti tahun ini,” imbuhnya. 

Menanggapi dinamika isu ekonomi global dan penguatan pertumbuhan nasional, Director Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan, bahwa ekonomi Indonesia masih dalam keadaan yang tangguh. 

“Saya rasa sampai dengan 2022 masih cukup oke. Walaupun kita tidak bisa melihat semua indikatornya bagus dalam bentuk ideal. Tapi secara prakteknya, bagus benaran. Contohnya yield obligasi, lalu nilai tukar rupiah, bahkan untuk pasar saham, kita masih menjadi salah satu di dunia yang masih positif dalam year to date-nya,” tuturnya.

Ilustrasi investasi.

Photo :
  • Dok. Istimewa

Eri menyebut kondisi yang terjadi saat ini justru harus disikapi dengan bijak bagi para masyarakat. Khususnya para investor dalam mengatur porfolio investasinya. 

“Kita harus disiplin sesuai dengan profil risiko kita. Memang mungkin kalau suku bunga naik, obligasi bisa saja kurang menarik. Tapi bagi investor yang konservatif, ya tidak harus pindah ke pasar saham juga. It’s creating another problem. Kita harus disiplin dari profil risiko, perencanaan keuangan, jangka waktu, dan kebutuhan kelas aset yang mana,” ujarnya. 

Disiplin lanjut dia, harus dilakukan investor khususnya dalam melakukan averaging. Investasi yang dilakukan harus jeli dalam merespons situasi terkini.

“Kalau misalkan dari posisi terakhir dibandingkan dengan sekarang selisihnya sudah lumayan, kita melakukan averaging. Karena terlepas dari fundamental ekonominya yang kuat, kalau kita bicara pasar saham tidak dapat dihindari berita dan sentimen jangka pendek. Jadi harus jeli melakukan averaging,” tambahnya.

Sementara itu, Praktisi Perencanaan Keuangan dan Investasi Benny Sufami mengemukakan pendapatnya bahwa kondisi ekonomi yang saat ini terjadi justru dapat memberikan peluang bagi para investor dalam mengembangkan perencanaan keuangannya. Menurutnya, banyak aspek-aspek investasi yang masih bisa dijajaki di dalam situasi seperti ini. 

“Kita mesti optimistis dengan berbagai situasi. Kondisi ini harus dapat kita manfaatkan dengan mengatur pola perencanaan keuangan yang sehat. Kita harus efektif dan efisien dalam mengatur keuangan kita,” ujarnya. 

Benny menjelaskan, secara sederhana praktik keuangan yang teratur. Misalnya, bagi mereka yang dalam sebulan mendapatkan penghasilan, mulai melakukan perencanaan anggaran yang baik, teratur, dan disiplin. 

“Buat anggaran bulanan, kalau bisa tambah pemasukan dan kontrol pengeluaran. Kemudian, sisihkan penghasilan untuk ditabung. Buat laporan keuangan mingguan, jika perlu harian. Dan jangan lupa, melakukan investasi untuk masa depan dengan portofolio yang sesuai,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya