Pertemuan G20, CBDC Kemungkinan Jadi Mata Uang Digital

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Washington D.C.
Sumber :
  • ANTARA/Satyagraha

VIVA Bisnis – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan, Presidensi G20 Indonesia terus mengeksplorasi mata uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currencies (CBDC) sebagai sistem pembayaran lintas batas.

Dorong Ekosistem Ekonomi Keuangan Digital, BI Bali Gelar Baligivation Festival 2024

Hal itu disampaikan Perry usai melakukan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ke-4 di Washington DC, Amerika Serikat (AS).

"G20 menyambut paparan berkelanjutan tentang bagaimana mata uang digital bank sentral berpotensi dirancang untuk memfasilitasi sistem pembayaran lintas batas," ujar Perry dalam konferensi pers melalui Youtube Bank Indonesia, Jumat 14 Oktober 2022.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 14 Oktober 2022: Global dan Antam Amblas

Adapun komitmen itu dilakukan agar pembayaran lintas batas atau negara lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif. Sebab akan memberikan manfaat yang luas bagi ekonomi di seluruh dunia.

Neraca Perdagangan RI pada Maret 2024 Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Perry menjelaskan, sebagai wujud implementasi regional dari Peta Jalan G20 pada Pembayaran Lintas Batas Negara, bank sentral ASEAN-5 akan menandatangani Perjanjian Umum pada Konektivitas Pembayaran di sela-sela KTT Leaders’ Summit pada November 2022 mendatang.

"Sistem pembayaran lima lintas batas ASEAN pada konektivitas sebagai implementasi operasional dari peta jalan G20 untuk meningkatkan peta jalan pembayaran lintas batas," ujarnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Selain itu, selama pandemi lembaga keuangan telah menerapkan berbagai kebijakan luar biasa untuk meningkatkan fungsinya sebagai intermediasi dalam mendukung perekonomian. Di saat dukungan kebijakan diperlukan untuk memitigasi dampak negatif dari pandemi, penerapan dukungan kebijakan yang terlalu lama dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.

Di saat pemulihan pandemi yang sedang berlangsung, G20 menantikan laporan akhir exit strategies dan mitigasi scarring effect pada sektor keuangan, itu sebagai upaya untuk mengatasi kerentanan di Lembaga Keuangan Non-Bank (NBFI).

Selain itu, G20 terus memperkuat sektor keuangan global melalui peningkatan pemantauan risiko dan melalui optimalisasi manfaat teknologi dan digitalisasi. Dalam konteks ini, G20 menyambut baik penilaian FSB mengenai pengawasan dan regulasi “stablecoin” global, serta aktivitas pasar asset kripto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya