Krisis Pangan Jadi Momok Dunia, Presidensi G20 RI Kumpulkan Dana Bantuan US$60,5 Miliar

Presiden Jokowi bicara soal krisis pangan dunia
Sumber :
  • YouTube Sekretariat Presiden

VIVA Bisnis – Pertemuan Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 berhasil mengumpulkan bantuan untuk mengatasi kerawanan pangan yang terjadi saat ini sebesar US$60,5 miliar. Bantuan kerawanan pangan itu berasal dari beberapa lembaga dunia.

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat yang Biayanya Rp 1,4 Triliun

"Anggota menyambut baik beberapa inisiatif yang sedang berlangsung sejauh ini, untuk mengatasi kerawanan pangan yang telah diprakarsai oleh forum dan organisasi regional dan internasional," dikutip melalui Chair Summary Joint Finance and Agricultural Ministers Meeting (JFAMM), Selasa 18 Oktober 2022.

Adapun dijelaskan, organisasi internasional yang ikut menyumbangkan bantuan itu diantaranya, World Bank Group (WBG) senilai US$30 miliar, dan platform global sebesar US$6 miliar yang diperuntukkan pada intervensi sektor swasta; International Monetary Fund's (IMF).

Regenerasi Petani, Kementerian Pertanian Beri Pembekalan pada Petani Muda

Kemudian, Asian Development Bank (ADB) sebesar US$14 miliar untuk mengatasi kerawanan pangan dan program respons ketahanan pangan. Dan Islamic Development Bank senilai US$10,5 miliar.

Logo Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).

Photo :
  • ANTARA/Reuters/Alessandro Bianchi
Gula Mahal, Satgas Pangan Pelototi Distribusi Produsen di Jawa Timur

Selain itu, anggota G20 juga setuju meminta Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) dan WBG untuk membagikan hasil latihan pemetaan terkait kerawanan pangan.  

"Untuk membagikan kepada kami hasil latihan pemetaan mereka tentang kerawanan pangan, yang akan dikonsolidasikan di masa depan. Dengan masukan dari para ahli teknis dan organisasi internasional terkait lainnya, dan akan memberikan analisis sistemik tanggapan untuk mengatasi ketahanan pangan," jelasnya.

Dengan hal tersebut, maka akan mengidentifikasi setiap kesenjangan besar dalam tanggapan global, mengkaji variabel pangan dan gizi serta pendanaan, mengkaji penawaran dan permintaan pupuk. Selanjutnya, membangun Sistem Informasi Pasar Pertanian (AMIS) G20 dan mengidentifikasi masalah jangka menengah yang memerlukan analisis teknis dan sistemik lebih lanjut.

"FAO dan WBG akan melaporkan kembali kepada kami pada Pertemuan musim semi 2023," terangnya.

Sementara itu, Presidensi G20 juga mencatat bahwa segera diperlukannya tindakan dalam mengatasi krisis pangan global. Presidensi Indonesia menyoroti dunia saat ini sedang menunggu negara G20 untuk memberikan tindakan nyata pada masalah kritis ini.

"Dan merupakan tanggung jawab anggota G20 untuk menunjukkan bahwa G20 dapat merespons krisis saat ini secara efektif melalui tindakan multilateral yang terkoordinasi," tulisnya.

Presidensi Indonesia di G20 2022: Logo

Photo :
  • ANTARA/HO-g20-indonesia.id

Lebih lanjut, anggota G20 mencatat bahwa sejak tahun 2020, risiko terhadap ketahanan pangan dan gizi di seluruh dunia telah meningkat karena berbagai faktor. Seperti pandemi COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya dan peristiwa cuaca ekstrem.

Selain itu, banyak anggota menyatakan pandangan bahwa perang Rusia melawan Ukraina memperburuk kerawanan pangan global dan menyerukan diakhirinya perang.

"Salah satu anggota menyatakan pandangan bahwa sanksi sepihak berdampak negatif terhadap kerawanan pangan global. Sementara beberapa anggota mencatat bahwa sanksi yang terkait dengan perang di Ukraina tidak ditargetkan pada barang pertanian atau pupuk," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya