Imbas Ketidakpastian Global Suku Bunga BI Diperkirakan Naik 75 Bps Akhir 2022

Gedung Bank Indonesia (tampak depan)
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVA Bisnis – Dunia saat ini masih dalam ketidakpastian global di tengah kenaikan harga komoditas dan meningkatnya inflasi di berbagai negara. Permasalahan inflasi juga telah berimbas terhadap nilai tukar berbagai negara termasuk rupiah.

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Senior Economist Bank DBS Radhika Rao mengatakan, dengan ketidakpastian tersebut diperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan naik di 75 basis poin (bps) di akhir 2022.

"DBS Group Research menambahkan 50 bps ke dalam perkiraan, membawa tingkat tertinggi suku bunga ke angka 5,5 persen, menyiratkan kenaikan lebih banyak lagi sebesar 75 bps pada akhir tahun," kata DBS dalam keterangan yang diterima, Senin 24 Oktober 2022.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Baca juga: Harga Terus Meroket, Badan Pangan Bocorkan Stok Kedelai RI Tersisa 7 Hari 

Adapun perkiraan itu juga karena pasar memprediksi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS sebesar 75 bps pada November mendatang. 

BI Catat Uang Beredar Maret 2024 Rp 8.888 Triliun, Naik 7,2 Persen

"Mata uang Asia termasuk rupiah, kemungkinan tetap akan berada di bawah tekanan," ujarnya.

Radhika menuturkan, BI saat ini tengah menyoroti pertumbuhan global tidak stabil. Dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan berada pada kisaran lebih tinggi, antara 4,5 persen hingga 5,3 persen.

"Pandangan tentang inflasi memiliki banyak nuansa. Sementara inflasi menjadi kekhawatiran, BI berpandangan bahwa kenaikan harga akibat inflasi akan lebih ringan daripada yang diperkirakan, dibantu perlambatan kenaikan biaya pangan," ujarnya.

Gedung Bank Indonesia (BI).

Photo :
  • VivaNews/ Nur Farida

Sebelumnya, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) atau 4,75 persen, dari sebelumnya di 4,25 persen.

"Rapat RDG 19-20 Oktober memutuskan untuk menaikkan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Adapun dengan kenaikan suku bunga tersebut, kenaikan juga terjadi pada suku bunga deposit facility naik sebesar 50 bps menjadi 4 persen. Dan suku bunga lending facility naik 50 bps menjadi 5,5 persen.

ilustrasi suku bunga

Photo :
  • Adri Prastowo

"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada paruh kedua 2023," tegasnya.

Selain itu juga jelas Perry, langkah itu diambil untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya. Hal itu karena semakin kuatnya mata uang AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya