Dolar AS Sedang Perkasa, JK: Itu Peluang bagi Daerah Penghasil Komoditas

Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI periode 2004-2009 dan 2014-2019.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Bisnis – Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla berbicara tentang krisis yang tejadi di dunia saat ini dan juga penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Menurutnya, krisis seperti saat ini bisa jadi peluang bagus bagi negara yang mampu melihatnya.

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

"Jadi sebetulnya di tengah krisis di berbagai wilayah saat ini, akan memberikan peluang bagus jika negara itu mampu untuk mengisi peluang-peluang yang ada," kata JK dikutip dari paparannya dalam Diskusi Panel “Global Economy: Reflections and Challenges for Indonesia Post G20 Presidency”, Kamis 3 November 2022.

Wakil Presiden RI periode 2004-2009 & 2014-2019, Jusuf Kalla.

Wakil Presiden RI periode 2004-2009 & 2014-2019, Jusuf Kalla.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa
Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Ia mencontohkan, Vietnam bisa memanfaatkan krisis dunia saat ini. Untuk itu, Indonesia juga seharusnya bisa melakukan evaluasi. "Maka bagi Indonesia harus dilakukan evaluasi agar momentum ini dapat dijadikan peluang yang baik," katanya.

Menurutnya, krisis mata uang di berbagai negara, seperti dolar AS yang sedang menunjukkan keperkasaannya bisa jadi peluang bagi daerah penghasil komoditas di Indonesia.

Mendagri Tito Karnavian: RUU DKJ Wujud Upayakan Jakarta Jadi Kota Kelas Dunia

"Misalnya nilai dolar yang sedang naik. Pengalaman krisis terdahulu juga bagi daerah-daerah penghasil komoditas di luar Jawa malah kesempatan meraih keuntungan besar. Bahkan bisa mengisi kebutuhan di pulau Jawa," katanya.

Dolar AS dan rupiah.

Photo :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

JK juga mengatakan, krisis ekonomi dunia akibat pandemi COVID-19 sudah teratasi. Pasien di rumah sakit berkurang.

"Itu artinya, ekonomi dunia paska krisis COVID-19 sebetulnya mempunyai peluang perbaikan yang dapat diharapkan," tuturnya.

Meskipun, konflik-konflik antar negara saat ini kembali menjadi tantangan baru perekonomian dunia. JK juga mengatakan, untuk wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia, dampak konflik antar negara saat ini tidaklah seburuk di belahan dunia yang lain.

"Ramalan World Bank bahkan mengatakan perekonomian Vietnam bisa tumbuh 7,5 persen, Filipina 7 persen, Malaysia 6,4 persen dan Indonesia 5 persen. Jadi sebenarnya di ASEAN Indonesia nomor 4. Itu artinya, Indonesia mempunyai peluang untuk menyusul kinerja perekonomian negara tetangga di ASEAN," katanya.

JK meminta untuk tetap optimis memandang masa depan. Tidak selalu krisis ekonomi dunia bersambung ke belahan negara lainnya.

"Jadi, mari kita selalu optimis, karena krisis ekonomi dunia tidak berarti tersambung ke negara dan belahan lain dunia. Tidak seperti itu," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya