Sri Mulyani Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 5,3 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati..
Sumber :
  • istimewa

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 ada di rentang 5 persen-5,3 persen. Keoptimisan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu karena berbagai indikator perekonomian terus menunjukkan penguatan.

Harga Emas Hari Ini 25 April 2024: Produk Antam Melorot, Global Bervariasi

Sementara untuk kuartal IV-2022, Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi akan sedikit mengalami moderasi. Hal itu utamanya mempertimbangkan siklus perekonomian yang melambat di akhir tahun serta high base effect di kuartal IV-2021.

"Meskipun demikian, secara keseluruhan tahun 2022, Kementerian Keuangan memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5,0-5,3 persen. Jadi kalau Pemerintah optimis, itu karena memang ada landasan objektifnya, yakni berbagai indikator ekonomi makro yang terus menguat," kata Sri Mulyani dalam keterangan, Rabu 9 November 2022.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal Dunia

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Selain itu kata Sri Mulyani, optimisme itu karena implementasi berbagai kebijakan yang cukup efektif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Kemudian pengelolaan APBN yang prudent, responsif dan efektif sebagai instrumen countercyclical sekaligus sebagai peredam gejolak. Sehingga keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional dapat terus dijaga.

Ada Konflik di Timur Tengah, Bos BI Pede Ekonomi RI Tetap Kuat

Adapun pada kuartal III-2022 ini pertumbuhan ekonomi nasional tercatat sebesar 5,72 persen secara tahunan. Dan 1,8 persen secara kuartalan (qtq).

Ani begitu sapaan akrabnya mengatakan, di tengah optimisme pemulihan ekonomi yang terus berjalan ditambah dengan meningkatnya risiko ketidakpastian serta melemahnya prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik. Maka hal itu tegasnya, perlu terus diantisipasi.

"Tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif. Berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang," jelasnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • Anisa Aulia/VIVA.

Ani melanjutkan, antisipasi juga perlu dilakukan pada capital outflow. Sebab jika aliran modal keluar akan menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar.
 
"Aliran modal ke luar meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal, sebagaimana kita saksikan belakangan ini," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya