Realisasi Investasi Sudah Rp 892,4 Triliun, Menteri Bahlil Janji Target 2022 Tercapai

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Sumber :
  • YouTube Kementerian Investasi - BKPM

VIVA Bisnis – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan realisasi investasi saat ini sudah mencapai Rp 892,4 triliun atau 74,4 persen dari target tahun ini Rp 1.200 triliun. Bahlil yakin dan berjanji akan mencapai target tersebut hingga akhir 2022.

Asia Business Council, Menko Airlangga Yakinkan Komitmen Indonesia Mempercepat Pembangunan Ekonomi

"Alhamdulillah, Ini adalah angka yang insya Allah saya janjikan akan tercapai di akhir tahun sebesar Rp 1.200 triliun," katanya dalam konferensi pers "Investasi Terus Tumbuh Topang Pertumbuhan Ekonomi", Kamis, 10 November 2022.

Bahlil mengatakan, realisasi investasi yang tumbuh positif, khususnya di kuartal III 2022 itu juga turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional di periode yang sama hingga mencapai 5,72 persen. Terlebih, realisasi investasi saat ini sudah semakin berimbang tidak hanya di Jawa saja tetapi juga di luar Jawa.

Asia Business Council 2024, Menko Airlangga Kasih Bukti Ketahanan Ekonomi Indonesia

"Ini salah satu pertumbuhan ekonomi berkualitas dan menurut saya ini harus tetap kita pertahankan," katanya.

Target Investasi 2023 Rp 1.400 Triliun Diakui Lebih Berat

Soal Konflik Israel-Iran, Airlangga Cermati Dampak ke Sektor Logistik Minyak Mentah Dunia

Ilustrasi realisasi investasi pembangunan.

Photo :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

Sementara itu, target investasi tahun 2023 sudah ditetapkan meningkat menjadi Rp1.400 triliun. Bahlil mengakui beratnya target tersebut terlebih di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Ia menyebut jika dibandingkan dengan era pandemi yang bisa dilalui dengan susah payah, tantangan di 2023 akan jauh lebih berat.

"Pada 2023 bukan hanya persoalan pandemi, tapi juga persoalan kondisi ekonomi global yang sangat tidak baik-baik saja, sangat gelap," katanya.

Bahlil mengaku baru akan bisa menentukan strategi pascaperhelatan KTT G20, tepatnya setelah melakukan pertemuan dan komunikasi dengan investor global dan sejumlah kolega pemerintahan negara lainnya.

Hal itu lantaran negara-negara G20 menguasai 80 persen ekonomi dunia, memegang 75 ekspor dunia serta memiliki 60 persen populasi dunia.

"Kami sudah ada beberapa langkah antisipatif, khususnya terkait apa yang akan dilakukan di 2023," katanya.

Namun, ia masih enggan mengungkapkan strategi tersebut sebelum mendapatkan informasi yang tepat dari para mitra. (Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya