Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, BI: Positif untuk Jaga Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Ilustrasi Ekspor-Impor
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia Oktober 2022 surplus US$5,67 miliar atau lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar US$4,97 miliar.

Trade Minister: No Need to Worry about Weakening of Rupiah

Merespons hal tersebut, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan, dengan surplusnya neraca perdagangan itu telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional," kata Erwin dikutip dalam keterangan tertulis, Rabu 16 November 2022.

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Logo Bank Indonesia.

Photo :
  • VivaNews/ Nur Farida

Erwin menuturkan, dari perkembangan itu juga neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Oktober 2022 secara keseluruhan tercatat surplus US$45,52 miliar. Itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar US$30,90 miliar.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Adapun surplus neraca perdagangan Oktober 2022 bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit neraca perdagangan migas. Pada Oktober 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat US$7,66 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$7,08 miliar.

"Perkembangan tersebut didukung oleh tetap kuatnya kinerja ekspor nonmigas, yang tercatat sebesar US$23,43 miliar di tengah penurunan impor nonmigas," jelasnya.

Erwin melanjutkan, tetap kuatnya kinerja ekspor non migas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti CPO, bahan bakar mineral. Termasuk batubara, yang didukung oleh penguatan kebijakan Pemerintah dan harga komoditas global yang masih tinggi.

Selain itu, ekspor produk manufaktur termasuk besi dan baja juga tercatat meningkat. Ditinjau dari negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, India, dan Amerika Serikat masih tetap kuat dan menjadi kontributor utama terhadap total ekspor Indonesia.

"Impor non migas meskipun sedikit menurun sesuai dengan pola musimannya namun tetap tinggi sejalan dengan terus berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik," terangnya.

Sementara itu, untuk defisit neraca perdagangan migas tercatat sedikit menurun dari US$2,12 miliar pada September 2022 menjadi US$1,99 miliar pada Oktober 2022. Hal itu seiring dengan kenaikan ekspor migas dan penurunan impor migas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya