Bos BI Beberkan Lagi 5 Ancaman Besar ke Perekonomian RI

Gubernur BI Perry Warjiyo.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA Bisnis – Dunia saat ini berada dalam ketidakpastian tinggi akibat gejolak ekonomi global yang semakin tidak menentu. Pemerintah dengan itu mewaspadai lima hal yang akan berdampak ke perekonomian RI.

Terinspirasi Langkah Indonesia, Amerika Serikat Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, ada lima hal yang akan diwaspadai oleh pemerintah. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang menurun akibat risiko resesi di berbagai negara khususnya Amerika Serikat dan Eropa yang diperkirakan akan terjadi pada 2023.

"Kita perlu mewaspadai lima permasalahan ini dari prospek ekonomi global. Pertama pertumbuhan menurun slow growth, risiko resesi di Amerika Serikat dan Eropa meningkat," kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu 30 November 2022.

Dorong Ekosistem Ekonomi Keuangan Digital, BI Bali Gelar Baligivation Festival 2024

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 30 November 2022: Global Redup, Antam Berkilau

Kedua kata Perry, inflasi yang tinggi diakibatkan oleh kenaikan harga energi dan pangan global. Di mana diketahui, hal itu terjadi akibat perang di Ukraina yang menyebabkan terhambatnya pasokan energi hingga pangan ke seluruh dunia.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Ketiga, kenaikan suku bunga tinggi Bank Sentral Amerika Serikat the Fed. Tercatat, the Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak enam kali pada 2022, hal itu dilakukan the Fed sebagai respons untuk menurunkan inflasi yang tinggi di negara itu.

"Suku bunga tinggi Fed Fund Rate bisa mencapai 5 persen dan tetap tinggi selama tahun 2023," ujarnya.

Pertumbuhan Ekonomi

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Keempat, menguatnya dolar AS terhadap mata uang negara lainnya dalam hal ini termasuk ke negara berkembang. Sebab dengan menguatnya dolar AS akan menekan mata uang rupiah, hingga saat ini rupiah sudah mencapai Rp 15.000

"Kelima penarikan dana investor global dan mengalihkan ke aset likuiditas karena risiko tinggi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya