Erick Thohir Sebut Garuda Indonesia Mulai Bangkit, Utang Turun 50 Persen

Menteri BUMN Erick Thohir.
Sumber :
  • Dok. Kementerian BUMN

VIVA Bisnis – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, menegaskan bahwa kinerja maskapai penerbangan nasional, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, mulai bangkit dan sudah membaik dari kondisi sebelumnya.

Analis Perkirakan BI Bakal Intervensi Besar-besaran Imbas Rupiah Ambruk ke Rp 16.128 per Dolar AS

Erick mencontohkan, jika dilihat dari sisi utang, tercatat bahwa utang maskapai pelat merah itu telah menurun hingga 50 persen, sebagai buah dari proses restrukturisasi yang telah dilakukan.

"Secara equity, yang tadinya minus 53 sekarang minus 1,5. Jadi sudah menurun jauh dari cengkraman utang dan lain-lainnya," kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisis VI DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin, 5 Desember 2022.

Rupiah Ambruk ke Rp 16.128 per Dolar AS Imbas Serangan Langsung Iran ke Israel

Bahkan, Erick mengatakan jika Garuda Indonesia juga sudah mulai menghasilkan laba. Di mana, pada Juni 2022 lalu Garuda sudah mencatatkan laba bersih US$3,8 juta dolar, atau sekitar Rp 58,9 miliar (asumsi kurs Rp 15.500 per dolar AS).

Pesawat Garuda Indonesia jenis B777-300 ER.

Photo :
  • Dok. Garuda Indonesia
Timnas Indonesia U-23 Dirugikan Wasit, PSSI Layangkan Surat Protes ke AFC

Dengan sejumlah perbaikan kinerja Garuda Indonesia yang menandakan pemulihan bisnisnya tersebut, Erick pun berharap agar maskapai penerbangan pelat merah itu bisa mendapatkan PMN pada tahun 2023 mendatang.

Hal itu sebagaimana PMN yang sebelumnya juga sudah diterima oleh Garuda Indonesia, saat hendak melakukan percepatan pengadaan pesawat terbang guna menanggulangi harga tiket yang naik turun.

"Maka saya rasa akses daripada transportasi kita, di mana Indonesia merupakan negara kepulauan, memang membutuhkan jumlah pesawat yang cukup," ujar Erick.

Pramugari Garuda Indonesia kenakan Kebaya Pertiwi karya Anne Avantie.

Photo :
  • Instagram @anneavantieheart

Dia berpendapat, kebutuhan operasional pesawat di dalam negeri saat ini memang harus segera diatasi. Sebab, menurutnya saat ini Indonesia memang tengah kekurangan pesawat. Jika dibandingkan, Amerika Serikat memiliki jumlah pesawat yang beroperasi hingga sekitar 7.500 pesawat, dengan jumlah penduduk mencapai 306 juta jiwa.

"Sementara Indonesia, dengan total PDB masih 10 persen dari Amerika Serikat, saat ini butuh 750 pesawat. Maka saat ini kurang lebih masih 550 pesawat yang dibutuhkan. Artinya, ada potensi bagaimana kebutuhan pesawat di domestik ini harus diprioritaskan, apalagi Indonesia negara kepulauan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya