VIVA RePlay 2022: Perang Rusia Buat Harga BBM RI Meroket

Nozzle BBM Pertalite dan Pertamax di pom bensin
Sumber :
  • ANTARA PHOTO/M Agung Rajasa/ss/aww.

VIVA Bisnis – Siang itu menjadi akhir pekan yang tidak mengenakkan bagi masyarakat di Indonesia. Pasalnya, pemerintah secara tidak langsung menyerah terhadap situasi ketidakpastian ekonomi dunia dan mengambil jalan pintas untuk mengamankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 agar tidak tekor lebih besar akibat beban subsidi yang meningkat.

Saat itu, masyarakat sedang menikmati libur pada Sabtu siang, 3 September 2022 pukul 13.30 WIB, Pemerintah secara tiba-tiba melakukan pengumuman akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yaitu Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, Solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Pengumuman yang mendadak dari Istana Merdeka itupun berbeda dengan pola-pola sebelumnya, di mana waktu pengumuman dengan pelaksanaan tak lebih dari 30 menit usai di sampaikan oleh Presiden Joko Widodo dan para menteri terkait. Sehingga, meski terdapat antrean di SPBU-SPBU namun tak membuat kekacauan di sekitaran SPBU Pertamina.

Dalam paparannya, Jokowi mengungkapkan bawah pemerintah telah berupaya sekuat tenaga untuk melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. Jokowi pun ingin harga BBM dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi dari APBN. Namun, anggaran subsidi dan kompensasi BBM 2022 telah meningkat 3 kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun.

Selain itu, kata Jokowi lebih dari 70 persen subsidi BBM tersebut justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil-mobil pribadi. Sehingga, seharusnya uang negara itu harus diprioritaskan untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu.

Naiknya harga BBM yang disampaikan oleh pemerintah tak lain disebabkan oleh situasi harga minyak dunia usai Rusia melakukan invasinya ke Ukraina pada akhir Februari 2022. Atas, langkah Rusia tersebut membuat pasar energi terguncang, apalagi Rusia adalah pengekspor minyak dan produk terbesar di dunia, dan Eropa bergantung 40 persen pada BBM Rusia.

Seiring berjalannya perang tersebut, banyak embargo yang diterima oleh Rusia, bahkan Eropa mengancam untuk tidak mengambil minyak dari rusia sehingga membuat gejolak harga minyak dunia. Dan hingga Mei 2022 harga minyak dunia Brent telah mencapai US$ 107 per barel dan WTI mencapai US$ 105 per barel. Sementara, ICP 2022 dipatok US$ 63 per barel.

Tak sampai di situ, masalah naiknya harga minyak dunia kemudian berdampak luas terhadap peningkatan inflasi di setiap negara di dunia. Pasalnya, perang itu juga ikut mengerek harga komoditas sehingga turut membuat krisis energi dunia semakin mencekam dan naiknya harga pangan dunia usai jalur pupuk terhambat. Dan dampak inflasi tersebut belum surut di akhir 2022 dan menyosong 2023.

CEO Freeport Temui Jokowi di Istana, Bahas Smelter hingga Perpanjangan Izin Tambang

Atas situasi tersebut VIVA Bisnis mencatat waktu ke waktu peristiwa tersebut dalam VIVA Replay 2022:

  1. Pertalite, Solar dan Pertamax Naik Pukul 14.30 WIB
Jokowi Inaugurates Gumbasa Dam with Total of IDR 1.25 Trillion

Presiden Jokowi umumkan kenaikan BBM.

Photo :
  • Biro Pres dan Media Istana Kepresidenan.

Di Istana Merdeka, Sabtu 3 September 2022 Presiden Jokowi mengumumkan kenaikan Harga BBM Subsidi Pertalite, Solar dan BBM Pertamax. Kenaikan harga BBM akan berlaku pada hari itu juga Sabtu, 3 September 2022 jam 14.30 WIB atau 1 jam setelah diumumkan pemerintah.

Pertamina Bentuk Satgas, Pastikan Kebutuhan Energi saat Idul Fitri Aman di Aceh

Jokowi mengatakan pemerintah telah berupaya sekuat tenaga untuk melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. Sebetulnya, ia ingin harga BBM dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi dari APBN.

Sementara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan pemerintah memutuskan untuk menyesuaikan harga BBM subsidi antara lain Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter dan Pertamax non subsidi dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter

Arifin menjelaskan bahwa bila tanpa subsidi harga keekonomian BBM jenis Pertalite telah menyentuh angka Rp 17.200 per liter dan Solar tanpa subsidi Rp 17.600 per liter. Sementara, harga keekonomian untuk BBM jenis Pertamax atau Ron 92 seharusnya sudah berada di angka Rp 19.900 per liter.

  1. Harga BBM Naik di Tengah Melandainya Harga Minyak Dunia

Menteri Keuangan Sri Mulyani di istana.

Photo :
  • youtube Sekretariat Presiden

Kemudian, kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah tersebut tentunya banjir kritik, sebab waktu kenaikan BBM justru terjadi ketika harga minyak dunia justru mengalami penurunan atau berada di kisaran US$ 90 per barelnya. Sehingga, kenaikan itu dinilai sangat tidak tepat dilakukan di tengah situasi ekonomi makro Indonesia sedang dalam kondisi yang wait and see akibat perang.

Adapun kritik itu langsung ditanggapi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, yaitu mengakui bahwa langkah pemerintah menaikkan harga tiga jenis BBM tersebut sudah dilakukan perhitungan cukup matang. Dan memahami bahwa harga minyak dunia atau ICP mulai turun ke US$90 per barel.

Namun, Ani panggilan akrabnya menjelaskan bahwa meski saat ini harga ICP turun ke US$90 per barel tapi secara rata-rata satu tahun ICP masih US$98,9 atau US$99 per barel. Kemudian, apabila ICP sampai Desember turun di bawah US$90 per barel maka rata-rata setahun tetap masih US$97 per barel.

Dengan demikian, Ani telah melakukan perhitungan tambahan subsidi yang terjadi apabila kondisi tersebut terjadi, di mana subsidi akan melebihi Rp 502 triliun seperti yang telah disampaikan, menjadi Rp 653 triliun dengan asumsi ICP US$90 per barel.

“Kalau harga ICP rata-rata US$85 sampai Desember maka kenaikan subsidi menjadi Rp 640 triliun. Jadi kenaikan Rp 137 triliun atau Rp 151 triliun tergantung ICP itu, dan kita monitor karena suasana geopolitik dan proyeksi ekonomi dunia sangat dinamis,” jelas Ani di Istana Merdeka, Jakarta, 3 September 2022.

  1. Kenaikan Harga BBM Bakal Kerek Inflasi 2022

Pemantauan harga dan pasokan pangan di pasar pedurungan kota Semarang.

Photo :
  • vstory

Sementara itu, naiknya harga BBM jenis Pertalite, Solar dan Pertamax dinilai bakal mengerek harga sejumlah harga pangan, distribusi dan transportasi. kenaikan harga turunan tersebut dipastikan bakal mengerek inflasi sepanjang 2022. Bahkan, Presiden Jokowi memprediksi akibat dari kenaikan harga BBM ini akan ada tambahan inflasi hingga sebesar 1,8 persen.

Untuk itu, Presiden Jokowi kemudian memintah kepada sejumlah kepada daerah untuk bisa meredam kenaikan tersebut dengan turun ke lapangan memantau kenaikan harga pangan dan bisa segera mengendalikan harga transportasi di daerah.

Sedangkan, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mengatakan bahwa kenaikan harga BBM saat ini adalah sangat realistis mengingat bila tak melakukan kenaikan atau pengendalian BBM, angka subsidi berpotensi bengkak hingga Rp 700 triliun.

Dengan demikian, Josua menilai level psikologis Rp 10.000 per liter untuk pertalite dapat menjadi penetapan harga untuk mengurangi beban subsidi BBM agar nilai subsidi dalam APBN tidak bengkak atau tetap di angka Rp 502,6 triliun.

Adapun dari sisi daya beli, Ia menghitung direct Impact kenaikan pertalite sebesar 30,72 persen menjadi Rp 10.000 per liter ke inflasi (proporsi pertalite 85 persen total bensin) sebesar 0,99 persen.

“Untuk indirect impact, kami perkirakan akan sebesar setengah dari direct impact atau sekitar 0,50 persen,” jelas Josua kepada VIVA Bisnis melalui pesan singkatnya.

Sementara, lanjut dia, jika harga Solar naik menjadi Rp 6.800 per liter atau naik 32,04 persen, maka direct impact terhadap inflasi diperkirakan sekitar 0,05 persen, namun indirect impact sekitar 0,5 persen.

Untuk itu, tegas dia, jika dihitung secara keseluruhan dengan pemerintah menaikkan Pertalite menjadi Rp 10.000 dan Solar menjadi Rp 6.800, maka ada tambahan inflasi sekitar 2,05 persen.

“Dengan (tambahan itu), hingga akhir tahun ini, inflasi Indonesia diperkirakan akan berkisar 6-7 persen,” tegasnya.

  1. Daya Beli Masyarakat Turun

Petugas hotel saat merapikan kamar di Kota Malang. (ilustrasi)

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya

Dan tak kalah memprihatinkan usai harga BBM Naik, sektor yang bersinggungan langsung dengan daya beli masyarakat juga merasakan dampak yang cukup besar di rasakan. Salah satunya adalah sektor pariwisata dan perhotelan, di mana usai adanya pengumuman tersebut jumlah kunjungan wisatawan menurun.

Seperti halnya terjadi di Yogyakarta di mana menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono, bahwa dampak kenaikan BBM ini sangat terasa pada hotel bintang dua ke bawah. Hotel bintang dua ke bawah mengandalkan tamu hotel sebagai sumber utama pemasukannya.

Deddy menyebut pembatalan wisatawan menginap di hotel yang ada di Yogyakarta ini mencapai angka 30 persen. Hal ini dikarenakan dampak dari adanya kenaikan harga pasca pemerintah menaikkan harga BBM.

"Untuk hotel bintang tiga sampai lima masih terbantu dengan adanya MICE. Sementara hotel bintang dua ke bawah megap-megap," kata Deddy, Rabu 14 September 2022.

"Daya beli masyarakat sekarang turun. Sementara biaya operasional hotel naik," sambung Deddy.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya