Rekind Ditegaskan Bisa Bantu Akselerasi Transisi Energi, Begini Penjelasannya

Energi terbarukan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA bisnis – PT Rekayasa Industri (Rekind) ditegaskan memiliki peran penting dalam pengembangan hidrogen dan amoniak sebagai sumber energi bersih masa depan yang ramah lingkungan. Hal itu sesuai dengan target Pemerintah dalam menggenjot transisi energi.

6 Tips Membuat Hidup Lebih Tenang, Pikiran Lebih Relaks

Director of Business Development, KBR Technology Roy Daroyni mengungkapkan, Rekind memiliki peran yang besar untuk mengakselerasi target tersebut. Penilaian tersebut mengacu pada kompetensi dan pengalaman Rekind di bidang rancang bangun dan perekayasaan industri atau EPC (Engineering, Procurement, dan Construction), di antaranya melalui pembangunan serta pengembangan pabrik amoniak, baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara.  

“Selain berpengalaman, Rekind juga dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk menangkap peluang mengekspor amoniak yang ada di depan, agar kita tidak ketinggalan dengan negara-negara lain yang juga berpeluang sebagai negara pengekspor amoniak, seperti Australia,” ujar Roy dikutip dari keterangannya, Senin, 13 Februari 2023.

Peringati Hari Kartini, Peran Perempuan dalam Industri 4.0 Jadi Sorotan di Hannover Messe 2024

Sebagai informasi, Hidrogen digadang-gadang menjadi sumber energi bersih masa depan yang ramah lingkungan, dan amoniak adalah hidrogen carrier terbaik. Dua molekul ini adalah kunci dari peralihan energi dari bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas bumi ke energi bersih yang ramah lingkungan di masa depan. 

Roy Daroyni.

Photo :
  • Dokumentasi KBR
Ada Konflik di Timur Tengah, Bos BI Pede Ekonomi RI Tetap Kuat

Menurut Roy, Indonesia berpotensi mengekspor hidrogen dalam bentuk amoniak ke negara lain selain Australia. Sementara negara-negara lain yang yang tidak memiliki sumber daya untuk membangkitkan hidrogen bersih akan berkompetisi untuk mengimpornya dari Indonesia dan Australia.  

Sayangnya lanjut dia, melalui energi terbarukan, teknologi hybrid, smart grid, microgrid dan pertambangan itu, Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan regulasi khusus untuk mendorong pengembangan hidrogen bersih dan amoniak. Padahal, saat ini sejumlah negara, seperti Jepang,Korea dan Singapura sudah berinvestasi di Australia untuk melakukan studi dan investasi untuk pengembangan hidrogen bersih dan amoniak. 

Sebab menurutnya, Pemerintah Indonesia dinilai pasif oleh negara pengimpor karena kurang mempromosikan dirinya.

“Untuk itu  harus ada perusahaan EPC seperti Rekind yang bisa berkolaborasi dengan Pemerintah untuk menangkap peluang akan kebutuhan hidrogen bersih dan amoniak dari negara-negara lain,” ujar alumnus Teknik Mesin ITB Angkatan 1992 tersebut. 

Diakui Roy, Rekind punya kompetensi yang kuat di bidang ini. Itu sudah dibuktikannya ketika KBR Technology, yang merupakan perusahaan EPC dan technology licensor asal Amerika Serikat ini pernah menjalin kerja sama dengan Rekind. 

Rekind banyak mengadopsi teknologi amoniak dari KBR untuk diaplikasikan dalam pembagunan dan pengembangan Proyek pada banyak pabrik pupuk di Indonesia. Pabrik Pupuk terakhir yang Rekind bangun dengan teknologi amoniak dari KBR adalah Pusri 2B, milik PT Pupuk Sriwidjaja, Palembang.

Di dalam proyek yang durasi pengerjaannya antara 2013-2015 itu, Rekind bertindak selaku kontraktor dengan menggandeng Toyo Engineering Corporation (TEC). Melalui pengembangan tersebut, Pusri 2B mampu menghasilkan amoniak sebesar 2.000 ton per hari. 

Di Proyek Banggai Amoniak Plant (BAP), Rekind juga mampu membangun pabrik amoniak dengan kapasitas 2.000 metrik ton per hari. Proyek yang rampung di tahun 2019 itu juga mengadopsi teknologi amoniak milik KBR. 

Pengerjaan pabrik amoniak ini dikenal memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi dan biaya yang tidak murah. Sebab, untuk mengekspor hidrogen ke negara lain saja, terlebih dahulu harus dikonversi menjadi amoniak untuk selanjutnya dibawa ke negara pengimpor. Kemudian setelah sampai ke negara tujuan, baru diubah kembali menjadi hidrogen. Untuk mengubahnya saja sangat sulit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

“Di sinilah peran Rekind yang menonjol dan sangat vital dalam menunjang kegiatan ekspor tersebut, terutama ditinjau dari pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya tadi, tidak bisa sembarangan,” imbuh Roy meyakinkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya