Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama para Deputi Gubernur.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA Bisnis – Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate di level 5,75 persen. Kebijakan ini diambil setelah sebelumnya naik selama enam kali secara beruntun sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023.

Gubernur BI Proyeksikan Rupiah Baru Balik ke Rp 15.000-an pada Kuartal IV-2024

"Rapat RDG 15-16 Februari 2023 memutuskan untuk menahan BI 7-Days Reverse Repo Rate di 5,75 persen," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 16 Februari 2023.

Logo Bank Indonesia.

Photo :
  • VivaNews/ Nur Farida
Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Dengan tidak dilakukannya kenaikan suku bunga acuan tersebut, maka suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,00 persen. Dan suku bunga lending facility di 6,50 persen.

"Keputusan ini tetap konsisten dengan kebijakan moneter preemptive, dan forward looking untuk memastikan tetap berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan," jelasnya.

Neraca Perdagangan RI pada Maret 2024 Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Perry meyakini, BI 7-Days Reverse Repo Rate 5,75 persen itu memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3 plus minus 1 persen pada semester I-2023, dan inflasi IHK ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen pada semester II-2023.

Sebelumnya, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky memperkirakan, pada RDG kali ini BI akan menahan suku bunga acuannya.

"Kami melihat BI perlu menahan suku bunga acuan di 5,75 persen untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar, sembari melanjutkan kebijakan makroprudensial tanpa mengganggu momentum pemulihan ekonomi yang terjadi saat ini," ujar Riefky.

Riefky mengatakan, perlunya BI untuk menahan kebijakan tersebut karena perkembangan saat ini menunjukkan bahwa kondisi finansial dan moneter di Indonesia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Dari sisi inflasi, walaupun masih berada di atas target BI, inflasi sudah melalui titik puncaknya dan secara konsisten menunjukkan tren penurunan yang mengarah ke level 4 persen," jelasnya.

Adapun angka inflasi secara umum tercatat turun 5,28 persen secara year on year (yoy) pada Januari 2023, dibandingkan akhir 2022 yang sebesar 5,51 persen yoy.

Sedangkan dari sisi eksternal jelasnya, rupiah yang mengalami apresiasi cukup kuat dalam satu bulan terakhir dan saat ini masih relatif stabil di kisaran Rp 15.000.

"Kemudian, the Fed juga kembali mengurangi agresivitas pengetatan kebijakan moneternya dalam rapat FOMC terakhir. Terakhir, selisih imbal hasil antara surat utang pemerintah Indonesia dan US Treasury sudah cukup terjaga, dan cukup menarik untuk menarik arus modal masuk ke pasar keuangan Indonesia," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya