Rupiah Melemah ke Level Rp 15.199 per Dolar AS, Ini Pemicunya

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA Bisnis – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot melemah pada perdagangan Jumat pagi, 24 Februari 2023. Terpantau pukul 09.35 WIB rupiah melemah sebesar 7 poin atau 0.12 persen ke posisi Rp 15.199 per dolar AS, dibandingkan pada penutupan sebelumnya senilai Rp 15.192 per dolar AS.

Gubernur BI Proyeksikan Rupiah Baru Balik ke Rp 15.000-an pada Kuartal IV-2024

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) terakhir atau kemarin sore, mematok rupiah di angka Rp15.187 per dolar AS.

Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan ditutup melemah hari ini. Ibrahim menilai, saat ini pasar tengah merespon positif atas surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada Januari 2023 yang mencapai Rp 90,8 triliun atau 0,43 persen dari produk domestik bruto (PDB). 

Rasio Utang Pemerintah 2025 Ditargetkan Naik Jadi 40 Persen, Kemenkeu Buka Suara

"Hal tersebut karena surplus kas negara pada bulan lalu jauh lebih tinggi dari surplus APBN pada Januari 2022 yang mencapai Rp 29,6 triliun dan dari Januari 2021 yang mencatat defisit senilai Rp 45,5 triliun," kata Ibrahim dalam risetnya Jumat, 24 Februari 2023. 

Uang kertas rupiah dan dolar AS.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa
Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Ibrahim mengatakan, surplus APBN itu disebabkan oleh tingginya realisasi pendapatan negara sebesar Rp 232,2 triliun atau tumbuh 48,1 persen dibanding periode sama tahun lalu. Dibandingkan realisasi belanja negara yang sebesar Rp 141,4 triliun atau tumbuh 11,2 persen. 

"Surplus APBN mengindikasikan kondisi ekonomi makro masih tergolong kuat di tengah tingginya tren angka inflasi dan ancaman resesi," jelasnya. 

Selain itu kata dia, adanya relaksasi pembatasan mobilisasi masyarakat di tengah menurunnya angka COVID-19 juga menjadi faktor pendorong surplus APBN itu. Maka dengan kondisi makro yang tergolong kuat, diperkirakan pertumbuhan PDB 2023 akan bertahan di 5 persen atau lebih rendah dari 5,4 persen pada 2022 lalu.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang  Rp 15.170-Rp 15.230," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya