Mei, Pasar Uang Indonesia Jatuh Akibat Eropa

ilustrasi grafik
Sumber :
  • Adri Prastowo

VIVAnews - Bank Dunia mencatat pasar keuangan Indonesia 'jatuh' pada Mei lalu akibat krisis utang Eropa. Catatan ini tertera baik untuk imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN), nilai tukar, maupun cadangan devisa.

Lead Economist Bank Dunia Shubham Chaudhri dalam pemaparan laporan triwulanan perekonomian Indonesia menuturkan, peristiwa jatuhnya pasar keuangan Indonesia ini terjadi dari akhir April menuju awal Mei.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Peristiwa-peristiwa di Eropa, dituding menyebabkan penjualan obral jumlah besar pada pasar saham Indonesia hampir selama bulan Mei. Tak hanya Eropa, faktor internal karena pengunduran Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrayani juga disebut menjadi pemicu secara internal.

"Ini menyebabkan ketidakpastian investor dan peningkatan penghindaran risiko," kata Shubham di Kampus S2 Paramadina, Gedung Energy SCBD, Rabu 23 Juni 2010.

Shubham menambahkan, pasar baru mulai sedikit pulih pada minggu terakhir bulan Mei. Catatan Bank Dunia adalah penurunan keseluruhan pasar sebesar 5,5 persen untuk bulan itu.

"Tapi penurunan ini tidak luar biasa, karena pasar-pasar dunia umumnya mengalami penurunan sekitar 5-10 persen di Mei," kata dia.

Selain itu, pada awal Juni, IHSG juga tercatat telah meningkat enam persen pada tahun berjalan.

Untuk kejatuhan yield SUN lima tahunan dalam rupiah, menurut Bank Dunia, meningkat lebih dari 50 basis poin (bps). Kejatuhan ini adalah yang kedua kalinya setelah pada April sebelumnya sempat tercatat di bawah delapan persen akibat dampak krisis Yunani.

Berbeda dengan Indonesia, yield dari obligasi di kawasan regional  dalam mata uang setempat bergerak datar hingga negatif dan untuk Amerika Serikat, yield obligasi lima tahunan jatuh sebesar delapan persen pada Mei lalu.

Di pasar luar, spread EMBI (indeks obligasi pasar negara berkembang dari JP Morgan) obligasi Indonesia dalam dolar AS juga terus melorot (meningkat dari sisi risiko) sampai melebar 100 bps selama berjalannya bulan untuk mencapai 296 basis poin.

Sementara itu, tercatat arus modal keluar (capital outflow) pada Mei mencapai US$5,7 miliar (90 persen merupakan aliran penjualan SBI, tujuh persen penjualan SUN, dan tiga persen dalam saham). Sebagai akibat modal keluar berukuran besar ini rupiah sempat melemah sebesar 1,8 persen.

Menurut catatan Bank Dunia, sesungguhnya depresiasi tersebut bisa lebih besar lagi seandainya Bank Indonesia tidak aktif melakukan intervensi untuk mendukung rupiah. Ini terlihat dari cadangan devisa yang tergerus sebesar US$4 miliar.

PSSI Buka Suara soal Nilai Kontrak Shin Tae-yong di Timnas Indonesia hingga 2027
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nurul Ghufron Bakal Disidang Etik Dewas KPK pada 2 Mei Terkait Mutasi Pegawai Kementan

ewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) rencananya akan menggelar sidang dugaan pelanggaran etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron pada 2 Mei 202 mendatang.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024