Sri Mulyani: Kenaikan PDB RI Lebih Besar Dibanding Pertumbuhan Utang Pemerintah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) RI lebih besar bila dibandingkan dengan pertumbuhan kenaikan utang Pemerintah pada periode 2018-2022.

Dampingi Jokowi Kamping di IKN, Sri Mulyani Excited Suara Jangkrik dan Serangga

Menurut Bendahara Negara, semua negara menggunakan utang dalam menahan syok seperti pandemi. Untuk Indonesia, selama periode tersebut, pertumbuhan PDB tercatat sebesar US$276,1 miliar, atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan utang yang sebesar US$209 miliar.

"Tentu antara lain disebabkan karena kita mampu mendorong menstimulasi melalui fiskal defisit. Untuk utang US$206,5 miliar kita lihat Indonesia mampu menaikkan nominal PDB ke US$276,1 miliar," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Banggar DPR Selasa, 30 Mei 2023.

Prabowo Puji Sederet Pencapaian SBY Selama 10 Tahun Jadi Presiden
Ilustrasi utang.

Ilustrasi utang.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sri Mulyani menyebutkan, selain Indonesia, Vietnam juga mampu mencatatkan pertumbuhan PDB yang lebih besar dibandingkan kenaikan utang. Tercatat, PDB pada periode 2018-2022 sebesar US$102 miliar dan utang Pemerintah US$18,2 miliar.

Tak Pakai Baju Pink, Sri Mulyani Akhirnya Diajak Menteri Basuki ke IKN Nusantara

"Ini karena kenaikan FDI (Foreign Direct Investment), capital inflow, investment yang keluar dari China ke Vietnam lumayan besar. Ini adalah dua negara yang cukup eksepsional karena kenaikan dari government debt menyebabkan nominal PDB-nya lebih besar dari kenaikan utangnya," ujarnya.

Sri Mulyani menjelaskan, bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, untuk utang India setiap US$1 dolar utang menghasilkan US$0,73 dari nominal PDB.

Sedangkan, Amerika Serikat (AS), kenaikan utang Pemerintah US$8.925,8 miliar dan PDB sebesar US$4.931 miliar, atau kenaikan PDB US$0,55.  

"Indonesia US$1 utang menghasilkan kenaikan PDB nominal US$1,34. Jadi kenaikan PDB nominal kita lebih besar dari kenaikan utang," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya