Ada Long Weekend, Rupiah Pekan Depan Diproyeksi Melemah Rp 15.050

Uang dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

VIVA Bisnis – Mata uang rupiah pada penutupan perdagangan Rabu, 31 Mei 2023 kemarin, kembali mencapai Rp 15.000-an. Adanya libur panjang atau long weekend pada pekan ini, membuat rupiah diprediksi akan melemah pada pembukaan perdagangan Senin depan.

TikTok Shop Ditutup Hari Ini, Ini Pesan Menteri Teten

Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pada penutupan perdagangan Rabu sore, mata uang rupiah ditutup melemah 9 point. Sedangkan berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Rabu sore, mematok rupiah di angka Rp 15.003 per dolar AS.

"Untuk perdagangan Senen depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 14.970-Rp 15.050," kata Ibrahim dalam keterangannya Jumat, 2 Juni 2023.

BI Ungkap Penyebab Rupiah Tembus Rp 15.600 per Dolar AS

Uang dolar AS dan rupiah.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

Ibrahim menuturkan, dari sisi domestik Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai kisaran 4,7 hingga 5,5 persen pada 2024. Perkiraan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan proyeksi pemerintah yang lebih optimistis pada kisaran 5,3 hingga 5,7 persen.

Rupiah Anjlok ke Rp 15.614 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

"Perkiraan tersebut mempertimbangkan kondisi global yang masih tidak menentu. Pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini BI perkirakan mencapai 2,7 persen dan meningkat tipis pada 2024 menjadi sebesar 2,8 persen," jelasnya.

Selain itu jelasnya, BI memandang laju inflasi global ada kecenderungan menurun, khususnya di negara berkembang. Di sisi lain, laju inflasi global di negara maju diperkirakan turun lebih lambat.

Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Ibrahim menilai, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan terus membaik, utamanya didorong oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi, khususnya non bangunan.

"Dari sisi permintaan, ekspor juga diperkirakan tetap tumbuh positif sejalan dengan kenaikan permintaan global," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya