Mengintip Dampak Ekonomi Perayaan Waisak 2023, Ada Kisah Perjalan Biksu Thudong ke Borobudur

Kawasan Candi Borobudur.
Sumber :
  • Teguh Joko Sutrisno

VIVA Bisnis – Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) Febrina Intan menyebutkan, momentum perayaan Waisak pada 2023 di Candi Borobudur, Magelang, Jateng, berdampak ekonomi yang positif guna mendorong ekonomi setempat. Hal itu terlihat  dari adanya peningkatan okupansi penginapan hingga menggerakkan UMKM.

Alasan Negara Arab Lebih Pilih Dukung Israel daripada Iran, Khawatir Perang Makin Luas

Febrina mengatakan inklusivitas menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Karena itu, setiap ada acara di kawasan yang dikelolanya, maka pelaku usaha di sekitarnya juga akan mendapatkan manfaat.

"Waisak adalah event yang dinanti-nantikan masyarakat sekitar Borobudur. Saat Waisak ekonomi impact-nya (dampaknya) sangat positif. Misalnya, homestay, ada pemberdayaan homestay untuk masyarakat di sekitar sini, itu sudah penuh. UMKM juga mereka mendapatkan impact-nya," katanya di Magelang, Jawa Tengah, dikutip Senin, 5 Juni 2023.

Dukung Stabilitas Politik, Kadin Indonesia Hormati Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

Meski demikian, ia mengaku belum dapat mengungkapkan besaran angka dampak ekonomi atas perayaan Waisak. Harapannya acara perayaan Waisak yang khidmat sekaligus sakral bisa terus menerus digelar. Begitu pula acara-acara lainnya yang bisa menyedot perhatian pengunjung.

Candi Borobudur.

Photo :
  • Dokumentasi Kominfo
Pariwisata Hijau dan Berkelanjutan Bakal Jadi Fokus Kemenparekraf

"Bagi kami di Borobudur, event seperti ini tidak boleh hanya sekali. Setiap bulan harus ada sesuatu. Masyarakat tetap datang ke sini tidak hanya mengeksplorasi Borobudur sebagai cagar budaya tapi juga experience lain yang bisa dirasakan," katanya.

Febrina mengungkapkan sudah ada sejumlah program dan acara yang akan digelar di kawasan Candi Borobudur setelah suksesnya perayaan Waisak tahun ini.

Program-program itu antara lain lomba maraton, eksplorasi desa hingga program terkait pariwisata spiritual.

"Orang datang ke Borobudur tidak hanya spend waktu 3 jam, kalau bisa 2 malam," katanya.

Anak usaha Holding Pariwisata dan Pendukungnya Injourney, TWC pun berharap bisa mendapatkan pasar dari Bangkok, Thailand. Yang notabene penduduknya mayoritas beragama Buddha.

Dengan demikian, Candi Borobudur bisa menjadi pusat spiritual tourism tidak hanya di Indonesia, tapi juga dunia. "Mudah-mudahan bisa dapat market dari Bangkok ke YIA karena captive market-nya besar sekali. Bisa mendatangkan turis yang akan beribadah ke sini," katanya.

Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Program Pariwisata PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau Injourney Maya Watono mengatakan, saat ini pihaknya tidak hanya melihat kuantitas wisatawan melainkan juga kualitasnya.

Oleh karena itu, untuk area Borobudur dan Joglosemar, Injourney akan mengedepankan heritage, cultural, spiritual, dan economic impact dalam penataan dan pengelolaan Candi Borobudur.

"Kualitas tourism yang kita cari bukan sekadar kuantitas. Bisa increasing spent, durasi tinggal jangan cuma sebentar," kata Maya.

Dampak thudong

Febrina juga menyebut per Minggu, 4 Juni 2023, ada pergerakan sekitar 30 ribu orang di kawasan tersebut. Sebanyak 18 ribu di antaranya datang untuk merayakan Waisak.

23 biksu berjalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur, Magelang

Photo :
  • Twitter

"Antusias masyarakat mungkin karena thudong. The story of thudong yang berjalan 2.600 km itu membuat hype tentang Waisak itu semakin meningkat," katanya.

Menurut Febrina, tradisi thudong merupakan salah satu hal berbeda dalam perayaan Waisak kali ini. Ia pun berharap perjalanan para bhante atau biksu ini bisa terus dilakukan pada tahun-tahun ke depan.

"Saudara-saudara kami yang beragama Buddha dalam tiga tahun ke depan akan melakukan thudong yang lebih besar lagi dan lebih jauh lagi dengan tujuan di Borobudur. Insya Allah kebiasaan baru perayaan Waisak dengan keberadaan thudong itu tetap bisa kita jalankan di tahun ke depan. Antusias masyarakat luar biasa selama mereka dalam perjalanan," katanya.

Sambutan hangat masyarakat kepada para biksu thudong hingga dukungan masyarakat untuk kelancaran perayaan Waisak, lanjutnya, juga menunjukkan toleransi tinggi dalam keberagaman Indonesia.

"Jadi, ini adalah simbol diversity di Indonesia di mana kita saling menghargai dan merayakan bersama kebahagiaan Waisak," imbuh Febrina. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya