- AP Photo/Petros Giannakouris
VIVAnews - Pemulihan ekonomi paska krisis di Eropa diperkirakan tidak terjadi dalam waktu cepat.
Menurut Paul Donovan, managing director Global Economics UBS Investment Research, krisis ekonomi ini masih akan mengancam dunia hingga lima tahun mendatang. "Pemulihan ekonomi dunia saat ini merupakan paling lamban sejak 1945," kata dia di Jakarta, Selasa 29 Juni 2010.
Ia menambahkan, biasanya pada masa pemulihan ekonomi, pertumbuhan bisa mencapai 6-7 persen. "Saya mengharapkan pertumbuhan di Asia sendiri 10 persen, tapi ternyata lebih lambat dari itu," ujar Paul.
Data UBS menunjukkan, tahun ini pertumbuhan ekonomi di Asia mencapai 8,1 persen dan tahun depan diperkirakan tumbuh lebih lambat sebesar 7,1 persen. Sedangkan pertumbuhan untuk Eropa dan Amerika Serikat mencapai 1,7 persen dan 3,2 persen.
Menurut Paul, perlambatan pertumbuhan itu disebabkan bank berhati-hati dalam pengucuran kredit. "Kehati-hatian bank ini membuat tingkat konsumsi masyarakat juga rendah," kata dia.
Namun, ia menambahkan, dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut bervariasi. "Untuk Indonesia tidak terlalu khawatir, karena tingkat konsumsi penduduknya lebih tinggi," ujar Paul. Kondisi ini akan berlanjut hingga tahun depan.
Paul memperingatkan bahwa Indonesia tidak selamanya aman dari dampak krisis ekonomi di Eropa. Jika kondisi krisis di Eropa berlanjut, mau tidak mau Indonesia akan terkapar juga.
Kendati demikian, dia mengatakan tidak khawatir. Sebab, Paul yakin Bank Indonesia akan berusaha untuk mengurangi 'kerusakan' akibat krisis tersebut. (art)