Menteri KP Ingatkan Pembangunan Tanggul Laut Raksasa Tak Boleh Rusak Lingkungan

Tanggul laut raksasa Jakarta
Sumber :
  • Instagram @jerhemynemo

Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono mengingatkan, kepada Kementerian Pembangunan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memperhatikan aspek lingkungan atau ekologi dalam pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall.

Laba Bersih Bank Jago Naik 24 Persen Kuartal I-2024, Intip Sumber Cuannya

Trenggono mengatakan, aspek ekologi itu perlu diperhatikan sebab untuk memaksimalkan manfaat dari tanggul raksasa tersebut.

"Ketika pembangunan Giant Sea Wall tidak diberikan kanal-kanal, ya tinggal tunggu waktu pasti akan ada kehancuran juga. Artinya pesan yang ingin saya sampaikan adalah membangun Giant Sea Wall harus betul diperhatikan aspek ekologi," ujar Trenggono dalam Seminar Nasional Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Rabu, 10 Januari 2024.

Asia Tenggara Bisa Jadi Pemimpin Industri Kripto Dunia, Begini Penjelasannya

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono

Photo :
  • VIVA / Andrew Tito (Jakarta)

Dia mencontohkan, pada pembangunan Giant Sea Wall di Jalan Tol Semarang-Demak aspek ekologi sangat diperlukan. Sebab ekosistem laut di sana baik dikarenakan masih ada lahan untuk mangrove hidup dan bertumbuh.

Angin Segar untuk Startup Pemula

"Laut itu harus ada kanal yang masuk dan kemudian di pesisir harus tetap dibiarkan mangrove-nya hidup. Karena di situ ada yang namanya ekosistem yang memberi kehidupan kita," terangnya.\

Menurutnya, Pemerintah harus membuat ekosistem mangrove di atas pasir atau sedimentasi laut ketika membangun tanggul raksasa. Hal ini karena mangrove, terumbu karang, dan padang lamun merupakan ekosistem yang saling berkaitan satu sama lain dan memiliki peran penting bagi komunitas biota di laut.

"Ini satu subsistem yang jadi satu infrastruktur atau satu ekosistem yang enggak boleh diputus atau dipisah," jelasnya.

Selain itu, Trenggono mengungkapkan tantangan besar yang akan dihadapi sektor Kelautan dan Perikanan di pantai utara Jawa. Misalnya, terjadi penurunan muka tanah di Pantura sebanyak 1 hingga 20 cm per tahun dan banjir pesisir setinggi 5 hingga 200 cm.

"Sebenarnya dari semua ini kita lupa bahwa kita selama ini tidak pernah menjaga yang namanya ekologi. Ekologinya agak sedikit diabaikan karena ngurusin ekologi adalah sesuatu yang enggak ada apa-apanya, tetapi itu sangat penting sebetulnya untuk kepentingan ekonomi," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya